Kuliah Bernutrisi dari Profesor Sangkot Marzuki

Kesekian kalinya saya mengikuti kuliah-kuliah segar dari Profesor Sangkot. Selama di Jakarta bahkan sudah beberapa kalinya untuk hari ini pada Sabtu, 7 Desember 2019, saya kembali berada disini; sebuah rangkaian acara bertajuk Panggung Indonesia 2045: Meet Young Scientist yang digagas oleh Tempo Institute di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat.

Saya mendapat undangan ini dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIMI) melalui media sosial facebook dan grup bedah buku dari aplikasi WhatsApp yang dikelola oleh penerbit buku Komunitas Bambu. Sepagi buta saya bangun lebih awal dari sebelumnya agar dapat mempersiapkan segalanya. Setelah menyelesaikan yang menjadi rutinitas kesibukan hari-hariku untuk mencari pundi-pundi. Saya lalu memacu sepeda motorku ke arah jalan Medan Merdeka Selatan, dimana Perpustakaan Nasional membumi takzim menghadap kearah Monumen Nasional(Monas). Kulirik jam tanganku waktu tengah menunjukkan pukul 12.30 siang untuk pembagian waktu wilayah Indonesia Barat_WIB. Pertanda waktu semakin dekat. Segera saya memasuki area pelataran gedung Perpustakaan Nasional. Digedung Perpustakaan ini mulai dari halaman, beranda, lantai satu, hingga di lantai ke tiga nya berjejal banyak sekali orang terpelajar dari berbagai kalangan dengan keberadaan beberapa gerai yang bertautan dengan seremonial yang sedang digagas oleh Media Tempo tersebut. Segera saya melakukan registrasi dan memasuki ruang auditorium di lantai dua. Saya menyengaja untuk duduk tidak begitu terbelakang dan tidak juga berada di paling terdepan. Saya duduklah dikursi barisan tengah antara kursi-kursi lainnya. Lebih tepatnya di barisan sisi kiri jika menghadap ke arah panggung ruang Auditorium. Bangkuk nya serupa kursi-kursi di pertunjukkan filem bioskop; empuk sekali duduknya. Saya betah untuk berlama-lama disini. Tampak acara dipandu oleh seorang MC[ Master of Ceremony] berusia sepantaranku dengan tepuk tangan yang bukan main riuhnya disertai hadirnya Prita Laura yang didapuk menjadi moderator kali ini. Seperti nya Prita Laura ini pembawa berita di siaran MetroTV itu. Saya hafal betul dari mimik wajah nya yang khas melayu dengan tubuh bisa dibilang perempuan paling proporsional memiliki bokong lebih padat dan berambut kekinian yang diberi sedikit pewarna menyerupai seorang wanita blonde ke-Eropa-an. Gaya bertutur nya yang baik dan jelas menggambarkan bahwa ia memang seorang pewarta profesional makin membawakan acara bertajuk Bertemu Ilmuwan Muda tersebut serasa begitu seru sekali. Saya percaya pada kualitas diskusi atau seminar sangat tergantung juga pada kualitas seorang pembawa moderator nya yang handal dan memahami permasalahan yang ingin dibedah(atau akan dikupas).

Saya lalu ke toilet di arah membelakangi panggung. Terdapat sebuah lorong kecil. Saya masuk ke toilet laki-laki. Saya buang air seni disitu agar saya meninggalkan bekas di gedung Perpustakaan paling tinggi di dunia ini, renungku menyeruak dari dalam pikiran ku yang sadar. Saya kembali, dan duduk untuk lebih serius. Rupanya Profesor Sangkot sudah berada ditempatnya sejak beberapa menit yang lalu. Saya berusaha untuk tetap diam seraya ingin berfokus pada paparan-paparan Ilmuwan itu ketika menaiki panggung menyampaikan persentase penelitian dan gagagsan ke ilmuan nya. Sejenak saya pun ikut terbawa tenang. Terasa sunyi dan hening. Kali ini saya cukup bersemangat. Kendati demikian saya memang sudah sering kali menyantap kuliah-kuliah umum lezat bernutrisi dari Profesor Sangkot. “Hari ini, pada Sabtu siang(7/12), saya kembali bergairah untuk menerima siraman pengetahuan dari- nya,” saya membatin diam berada diantara banyak ilmuwan muda yang berada disana. Para ilmuwan ilmuwan itu kebanyaakan peneliti dari LIPI, AIPI, AIMI, beberapa peneliti independen dan tentunya para peneliti yang juga pengajar dari banyak universitas di Jabodetabek. Tapi lebih di dominasi dari departemen pertanian IPB dan sebagianya UI. Saya mengamati nya seraya menanyakan langsung ke beberapa orang. Delapan orang yang berhasil saya tanyai dan telah mengobrol dengan ku, lima diantaranya mengakatakan, bahwa mereka merupakan mahasiswa, pengajar dan peneliti dari departemen Pertanian Universitas Pertanian Bogor untuk jenjang keilmuan Strata-Dua _ (S-2)Master Degree, dan bahkan beberapa diantaranya bakal S-3 dan sudah ada yang menjadi doktor. Dua diantaranya dari Universitas Indonesia. Termasuk beberapa peneliti dari disiplin ilmu sosial(Antropologi & Sosiologi) Universitas swasta lainnya. Saya kurang begitu tahu pasti dari perguruan tinggi mana mereka. Tapi saya merasa menggebu-gebu ketika melihat “passion” meneliti mereka yang begitu tinggi minatnya terhadap ilmu pengetahuan. Usia mereka terpaut sedikit lebih muda dari saya yang kelahiran delapan puluhan(4/1984). “Pembekalan ilmu dan tips dari Profesor Sangkot kali ini akan benar-benar membakar passion saya,” tak henti-hentinya saya membatin lagi, berimajinasi dalam ruang kesadaran berpikir yang lebih serius dan bersungguh-sungguh.

Perkenalkanku pertama dengan kuliah-kuliah lezat dari Prof. Sangkot, mula-mula terjadi di Museum Nasional, Jakarta Pusat, sekira 8 bulan yang lewat itu (23/4/2019); Diskusi dan Bedah Buku Belenggu Ilmuwan dan Pengetahuan: Dari Hindia Belanda Sampai Orde Baru yang dibentuk oleh Komunitas Bambu sebagai penerbit buku terjemahan dari versi aslinya “The Floracrat karya Andrew Goss”.

Beberapa bulan berlalu, tatap muka berikut nya kembali berlanjut di Sains di Medan Merdeka tribute for B.J. Habibie yang diprakarsai oleh AIPI_Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia & AIMI_ Akademi Ilmuwan Muda Indonesia(11/11), di Perpustakaan Nasional, Jakarta. Berselang tiga hari kemudian masih bulan yang sama(15/11) komunitas bambu kembali mengadakan kuliah umum di ruang apung perpustakaan Universitas Indonesia, Depok: Kuliah Umum Inspirasi Satu Setengah Abad Buku The Malay Archipelago dan Satu Dekade Buku Kepulauan Nusantara Karya Alfred Russel Wallace dengan menghadirkan guru besar Profesor Sangkot Marzuki sebagai narasumber pemateri.

Pertemuan selanjutnya kembali terjadi di acara bedah buku masih berdiskusi soal buku yang sama; karya Alfred Russel Wallace yang digagas oleh sebuah Perkumpulan Gerakan Kebangsaan(3/12), di Gren Cikini Hotel, Menteng, Jakarta pusat. Profesor Sangkot kembali dipercaya oleh Komunitas Bambu bersama Profesor Jatna Supriatna untuk menjadi narasumber di acara bedah buku tersebut. Disana saya demikian kian tercerahkan dan tenggelam pada suasana manisnya menutut ilmu di lingkungan masyarakat yang memandang ilmu pengetahuan sebagai sebuah jalan kemajuan berperadaban.

Saya pastikan untuk selalu hadir jika pak Prof. Sangkot ini yang menjadi narasumber nya. Selama di Jabodetabek saya berusaha untuk menghampirinya kendatipun keadaan sibuk-sibuknya. Karena saya tahu betul kesempatan yang sama tidak akan pernah datang menghampiri dua kali. Saya begitu menggandrungi pengetahuan-pengetahuan segar dan bernutrisi dari pemikirannya. Jam terbang ke-ilmuwan-nya tinggi sekali. Pemahaman disipilin keilmuan nya sangat dalam. Riset yang ditekuni nya diperhitungkan di dalam negeri pun di luar negeri, yakni meneliti biogenesis dan kelainan genetik pada manusia[Molecular Biology]. Beliau juga seorang guru besar yang yang memiliki jam terbang paling sibuk di departemen biologi dan kedokteran. Menghabiskan masa studi, riset, dan sebagai guru besar lebih kurang tujuh belas tahun di Australia. Sebagai pengajar dan seorang ilmuwan di beberapa universitas ternama: di Thailand, Australia, Malaysia, Indonesia dan ada lagi. Lalu Kemudian diminta oleh pak B.J.Habibie untuk menghidupkan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) yang sebelumnya memang sudah dirintis oleh Prof. (alm) Habibie. Bagi Profesor Sangkot, sains tidak mengenal tapal batas. Lebih kurang 50 tahun ini–ia telah berkiprah nyata dan bersungguh-sungguh dibidang pengetahuan ilmiah[mengembangkan sains].

“Mobilitas adalah kunci keberhasilan seseorang dibidang Sains,” tandasnya tadi siang(7/11/2019) saat memaparkan riwayat hidup perjalanan ke-ilmuwan-nya dalam rangkaian bertajuk Meet Young Scientist yang digagas oleh Tempo Institute di Perpustakaan Nasional di Jakarta(7/12).

Profesor Sangkot menguraikan, amat banyak pengajar-pengajar di beberapa Universitas di negeri kita hari ini yang menyelesaikan masa studi sampai mengajar nya bahkan masih di universitas yang sama; mulai kuliahnya disitu—dari S-1 hingga doktoral masih disitu pula. Lantas kemudian menjadi dosen disitu lagi.

“Padahal lingkungan kerja dan budaya yang berbeda sangat menginspirasi ide-ide ilmiah baru. Disitulah pentingnya mobilitas bagi seorang dosen dan peneliti,” seloroh Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia(AIPI) di periode 2008-2018 tersebut begitu meyakinkannya.

“Fungsi berikut nya pentingnya mobilitas(tidak terkungkung disatu universitas atau daerah yang sama) bagi seorang dosen atau berprofesi menjadi ilmuwan adalah, dapat berbagi keahlian dan teknologi yang akan memberikan nilai tambah dengan peluang ruang lingkup yang jauh lebih luas untuk target studi yang lebih ambisius,” lanjut Profesor Sangkot memaparkan kiprah perjalanan hidupnya melalui beberapa ‘slideshow’ yang dibawakannya.

“Fungsi yang tak kalah penting nya mobilitas bagi seorang ilmuwan adalah tatkala memiliki jaringan profesional yang lebih luas, serta membuka peluang untuk inisiatif-inisiatif penelitian terbaru,” sambung pendiri Lembaga Riset Eijkman tersebut.

Uraian Profesor Sangkot mengenai kisah perjalanan disiplin ke-ilmuwan-nya begitu menginspirasi kepada siapapun. Fungsi edukasi dan inspirasi nya sangat jelas dipaparkannya kepada para calon-calon ilmuwan ilmuwan muda yang akan menentukan dan mengisi masa depan riset di negeri ini– 10 entah 20 tahun yang akan datang. Saya cukup serius menyimak dan memahami dari awal sampai akhir berusaha untuk tidak kehilangan konsentrasi barang sedikitpun. Sebagai penutup paparannya, beliau mengutipkan ucapan Louis Pasteur:

“Sains tidak mengenal negara, karena ilmu pengetahuan adalah milik ummat manusia, dan merupakan obor yang menerangi manusia”.

Dengan tampilan ‘slide’ dan selembar foto bukan berwarna dari kenangan masa mudanya bertuliskan sederet tulisan ada di disisi paling bawah gambar: Monas University Melbourne, PhD 1971-1975. Dengan tampilan rambut lebih menyerupai sang legenda kungfu Bruce Lee, tampak senyum lepas Sangkot muda menyengir begitu meyakinkan, bersinar dan bersahaja. Menandakan, bahwa beliau memang sejak mudanya sangat, sangat berbakat dan memiliki minat yang begitu besar terhadap sains telah mengantarkannya dipelbagai prestasi keilmuan lintas dunia yang diperhitungkan.

Ucapan “terimakasih” diakhir paparan sang Profesor seraya bersambut applaus yang riuh dan sangat bersemangat dari seluruh calon-calon ilmu an yang memenuhi ruang Auditorium lantai dua Perpustakaan Nasional.

Sejenak suasana menjadi hening. Panggung diskusi lantas diambil alih oleh moderator Miss Prita Laura. Lalu dilanjutkan lagi presentasi berikut nya dari beberapa ilmuwan muda lainnya yang memang sudah diagendakan sebelumnya secara berturutan oleh panitia Tempo Institute sebagai pembuka kegiatan Tempo Media Week 2019, yang diadakan pada pekan pertama, di bulan penghujung tahun ini(12/19), di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta.(

Tentangku

Tahun 1997 tamat SD, setelah 12 tahun petatang peteteng tidak jelas wara-wiri didesa Wale-ale, di dusun Matombura, Tongkuno, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Itu ke Sekolah belum pake sepatu alias nyeker. Buku sebiji. Seragam sepasang. Yang lusuh. Yang kumal.

Tahun 2000 menyudahi SMP 2 Tongkuno, tinggal bersama orang tua yang semua anak-anak nya berada diperantuan. Yakni, di ds. Watondo, kecamatan dan provinsi yang sama. Dengan segala keterbatasannya itu– saya malah kerasan hidup dengan damai penuh petualangan seorang bocah kampung layaknya anak desa.

Tahun 2003 menyudahi SMA 1 Tongkuno, di distrik dan provinsi yang sama pula. Juga tidak jelas, tapi pastinya saya berterimakasih kepada pak Supu Alimin dan sekeluarga yang berkenan menampung ku setelah kabur dari SMA 3 Raha. Saya juga berterimakasih kepada nenek tua yang sudah Almarhumah di ds. Watondo itu. Semoga keduanya ditempatkan disisi-NYA. Sesuai dengan purna bhaktinya. Aamiin. Sejak SMP saya demikian sudah terlampau dekatnya kepada keduanya bagai cucu dengan nenek.

Juli, September, hingga Oktober tahun 2003, selepas menerima ijazah saya berkeinginan masuk di Militer, Makassar, Sulawesi Selatan. Apalah daya cita-cita ingin menggapai bintang alih-alih gayung justru tak bersambut. Pupuslah keinginan itu.

November 2003

Merantau ke Kalimantan di belahan Timur nya, di Balikpapan. Berangkat dengan Kapal Motor Umsini dibawah bendera PT.PELNI.

Sesampai di Kalimantan kerja serabutan. Kerja Bangunan. Menumpang hidup pada kerabat jauh sekampung. Tinggal di Mushollah. Jalan kaki berburuh pekerjaan. Bekerja sebagai office boy dan lain-lain.

Singkat cerita, mulailah mengenal diller. Dan kerja di diller. Dari sana lah saya kemudian di godok untuk melakoni pekerjaan yang hari ini saya masih jalani.

2008

Kuliah di Universitas Balikpapan, atas beasiswa dari PT. Nusantara Indah oleh PT. United Mobil Internasional(Authorized Ford Dealler Kalimantan).

November 2003 s.d Januari 2018 di Kalimantan. Hitung sendiri berapa tahun bernaung di Kalimantan?

Awal(Februari) 2018, saya mulai merantau ke Jakarta. Saya tidak tahu yang dikata orang: ” bahwa Ibukota itu lebih kejam dari Ibu tiri”, bagi kami yang sudah biasa digodok dengan penderitaan, hal itu bukan lagi sebuah ketakutan, tapi menganggapnya tantangan hidup.

Di Jakarta, dari hasil kerja keras itu mulai membeli buku-buku dan sering menghadiri presentasi dan diskusi sejarah, bedah buku, kuliah umum dan forum-forum ilmiah lainnya yang dapat memperluas khasanah pengetahuan saya. Layaknya seorang pembelajar yang selalu dahaga terhadap ilmu, tentu merobah 360 derajat paradigma saya terhadap dunia.

Sebelumnya saya juga memang seorang ‘kampret’ militan, maka dari hasil pengamatan, pengalaman, dan pembelajaran di lapangan tersebut– tentu saja berlawanan dengan sudut pandang saya yang lalu-lalu itu.

Dulunya mungkin saya anti rezim Jokowi, jadi berbalik arah, padahal tindakan saya didasarkan pada observasi tersebut–setelah menyemai realita yang sebenarnya.

Sekonyong-konyong malah ada yang membilangi saya ini sok pintar, congak, sombong, OKB, pongah dan yang masih sederetan nya itu?

Sebenernya salah saya dimana?
Apakah saya begitu bodohnya karena sudah menjadi ‘Kecebong’?

Kalau saya dikatakan orang kaya baru (atau OKB), apa mau saya banggakan, toh rumah juga masih ngontrak, pun kendaraan beroda dua juga masih kredit?

Saya juga tidak punya aset bahkan untuk puluhan juta nilainya ?

Saya hanya punya buku-buku itu. Dan itulah harta satu-satunya jika mungkin saudara bisa lihat datang ke gubuk kontrakan saya di Cidodol, Kebayoran Lama. Hanya itu saja.

Jika dikatakan saya ini pongah, sok pintar, dan congak, bukan kah tiap orang punya kesimpulan dan paradigma sendiri terhadap dunianya?

Saya malah makin gak ‘ngeh’?!

Tapi saya tidak kaget! Dan sudah biasa! Karena, ya, begitulah……

Antara Ojol, Agrobisnis dan Kekayaan Laut Kita

apa sebab di negeri +62 menjadi ladang subur untuk bisnis ojek online (atau ojol)? karena masyarakat’nya malas untuk mengayuh kaki bahkan untuk 1km pun jaraknya.

bagaimana dengan negara seperti Singapura? budaya jalan kaki disana bukan lagi sebuah prestise dikatakan kaya atau miskinnya seseorang. tetapi sebuah pola/gaya hidup yang sudah membudaya.

di negeri ini, misalnya, jika kita ingin pulang ke kampung halaman dan memutuskan untuk berjalan kaki saja–pada jerak tempu 3 s.d.5 km jauhnya: sudah ditanya begini; “apa saja kerjamu diperantauan, motorpun tidak punya?”. memang itu tidak dikatakan secara verbal kepada obyek yang ditanya, tapi merebak luas dari gosip kegosip tetangga yang sudah menjadi rahasia umum.

hasilnya: selain masyarakat kita dizaman sekarang mungkin banyak obesitas (atau kegemukan), ‘accident’ pun juga sama meningkatnya; baik itu di jalan tol, didalam kota dan didesa-desa terpencil nun jauh dari hiruk pikuk perkotaan sekalipun.

untuk masyarakat urban seperti di Jakarta, momok yang paling menakutkan adalah kasus tabrak lari. syukur-syukur kalau mati di TKP, paling hanya mengeluarkan beberapa biaya penguburan dan sehelai kain kafan, nah kalau masuk rumah sakit? ongkosnya sangat tidak terjangkau. dan itu cukup memberatkan.

saya tidak mengutuk banyak nya ojol atau pilihan menggantungkan pundi-pundi dari bisnis tersebut, tapi ini bukan pilihan yang dituju oleh calon negara sejahtera.

di Jakarta misalnya harga buah segar jauh lebih mahal berkalilipat daripada sayuran hijau?

itu solusi loh… untuk bisnis perkebunan buah tropis– dengan permintaan yang begitu tinggi nya.

di Jakarta ikan segar betapa sulit mendapatkannya?

itu juga solusi–dengan melihat luasnya lautan kita. daripada ikannya terus-terusan dijarah oleh nelayan asing, pilih mana?

ayam pedaging, ayam kampung, tidak termasuk ayam kampus— permintaan dari masyarakat perkotaan begitu tingginya?

itu juga bukan satu-satunya pilihan daripada sekedar menjadi seorang pengojek online.

Rindu Eyang Habibie

Habibie adalah spirit. Dia senantiasa hadir di hati siapa saja yang menghidupkan spiritnya. Pada zamannya sering terdengar celoteh anak-anak begini:

“Aku ingin menjadi Habibie.” Atau, “Aku ingin seperti Habibie.”

Getaran Habibie menggugah kesadaran banyak orang, bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

Kebahagiaan terbesar Habibie adalah apabila anak cucu intelektualitasnya sukses, bertanggung jawab pada keputusan pribadi, dan peduli pada negara.

Singkatnya: Habibie sudah menjadi semacam simbol perpaduan intelektualitas, spritualitas, dan nasionalisme. Dia menjadi mimpi banyak orang.

Manis pahit kehidupan sudah dirasakan Habibie. Baik saat masa kecil di Sulawesi, Jakarta, Bandung bahkan sudah di Jerman sampai kembali lagi ke Indonesia untuk berbakti kepada bangsanya. Sehebat apapun pencapaiannya dalam hidup, sehebat apapun yang telah dilakukan, dia tidak lepas dari komentar buruk orang.

“Anak biologis saya cuma dua. Cucu biologis saya hanya enam. Tetapi anak cucu intelektualitas saya jutaan jumlahnya tersebar di penjuru Indonesia.”- BJ Habibie.

Sumber literasi:

Bimoseno, Arimbi. 2014. Pesawat Habibie Sayap-Sayap Mimpi Indonesia. Jakarta: Kata Media.

Tentang Sastra, Menulis & Sebuah Keberanian

Sastra adalah kemanusiaan yang berbicara dengan dirinya sendiri.

Menulis itu tentang melukiskan kebebasan perasaan, kedigdayaan dan keberanian dalam proses berpikir.

“Writing ia the painting of the voice.”(Voltaire).

Apa sebab sastra menjadikan orang berani?

Karena kekuatan sastra membentuk pola dalam membangkitkan karakter/mental seseorang.

Lebih lanjut, sastra juga memberikan ruang berekspresi yang tajam, mengajarkan manusia untuk lebih mengenal sebuah keberanian yang dibungkus dengan nilai-nilai etika dan estetika.

Dalam sejarah, Umar bin khatab dikenal sebagai sosok yang sangat mencintai sastra. Kemahirannya bersyair tak mampu ditandingi oleh masyarakat Jazirah arab di pasar Ukaz kala itu.

“Ajarkanlah sastra pada anak-anak kalian. Sebab sastra akan mengubah yang pengecut menjadi pemberani.” (Umar bin Khatab).

Demikian pula dengan Ali ibn Abi Thalib, juga seorang cendekia yang mencintai ilmu pengetahuan dan sastra. Kelebihannya bersastra tak diragukan. Bahkan beliau pernah berkhutbah tanpa menggunakan huruf alif. Padahal bangsa Arab sulit berbicara panjang tanpa menempatkan huruf alif didalam kalimatnya.

“Semua penulis akan mati. Hanya karyanya-lah yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti”. (Ali bin Abi Thalib).

Kita akan di kenang setelah wafat, manakala membuat perubahan dalam bentuk apapun yang akan selalu di kenang oleh manusia di zaman itu dan selanjutnya.

Hartawan dikenal sebab kedermawanannya. Profesor atau ilmuwan peneliti dikenang sebab ilmu pengetahuan yang telah di dapatenkannya mengefisiensi salahsatu aspek penting dalam kehidupan ini menuju masyarakat tercerahkan. Pahlawan dikenang sebab perjuangannya melawan penjajah guna merebut kemerdekaan. Pemimpin dikenang sebab gaya dan perubahan kepemimpinan yang dihasilkannya. Lalu, bagaimana dengan kita yang bukan siapa-siapa? Bukan orang kaya? Bukan juga profesor? Bahkan bukan pahlawan? Lantas apa yang perlu dilakukan agar tetap terkenang oleh generasi berikutnya?

“Kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka menulislah.” (Imam Ghozali).

Bahkan pendiri koran/Majalah Tempo merupakan seorang sastrawan Indonesia, yakni pak Goenawan Mohammad. Lewat karya sastra beliau
melakukan perlawanan dingin yang dapat melemahkan/melembutkan/menundukkan mental orang lain. Sastra adalah bait lembut yang mampu merobohkan keangkara murkaan.

Majalah/Koran Tempo seperti yang saudara ketahui, merupakan satu-satunya media yang berani menyuarakan kebenaran paling getol di Indonesia. Berani ngutak-atik getok aib pejabat nakal. Membuat karikatur ‘nyeleneh’ dan sebagainya.

Tidak lain dan tidak bukan, Buya Hamka, adalah seorang ulama besar juga seorang sastrawan cukup banyak melahirkan hikayat, bahkan novel yang sudah diadaptasi ke dalam beberapa film layar lebar dan salah satunya TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK.

“Sesuatu yang dibutuhkan untuk menghaluskan jiwa adalah seni dan sastra” (Buya Hamka).

Pramoedya Ananta Toer merupakan tokoh sentral dalam sastra Indonesia yang dikenal dunia. Banyak karyanya diterjemahkan kedalam beberapa bahasa seperti Belanda, Inggris dan Jepang.

Bagi Pramoedya, menulis adalah sebuah keberanian, karena dalam menulis setiap orang dapat menuangkan pendapat dan pikirannya.

Sebagai seorang penulis besar, tentunya banyak kata-kata motivasi dari Pramoedya Ananta Toer yang menjadi panutan banyak orang, terlebih lagi buat kita yang bercita-cita menjadi penulis. Berikut diantarnya:
“Berterimakasihlah pada segala yang memberi kehidupan”.

“Dalam hidup kita, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?”

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari”(Child of all Nations).

“Kalau mati, dengan berani: kalau hidup dengan berani. Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah kita”

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah”

“Menulislah sedari SD, apa pun yang ditulis sedari SD pasti jadi”
“Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan”

“Semua harus ditulis, apa pun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang penting, tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna”

“Menulis adalah sebuah keberanian…”

“Sebagai pengarang saya masih lebih percaya kepada kekuatan kata daripada kekuatan peluru yang gaungnya hanya akan berlangsung sekian bagian dari menit, bahkan detik”

Rujukan:

Dari berbagai sumber literasi/buku-buku koleksi dan internet.

cerita kotor

Oktober, 2003

saat pertama saya menjatuhkan kaki di kalimantan, di balikpapan, di dermaga-nya, saya tidak punya apa-apa; tidak punya uang; tidak punya hape; tidak punya siapa-siapa; tidak punya segalanya. tapi saya punya ijazah. ijasah SMA. itulah pendidikan terakhir saya. itulah ilmu tertinggi saya. itulah saya. saat itu…

dengan ijasah SMA itu, saya lalu memohon pekerjaan, di beberapa perusahaan. diterima di perusahaan reparasi mesin-mesin. saya melamar security, diterimanya di office boy. tidak apa-apa. saya heppi bukan main. “inilah profesi paling membanggakan dalam hidup saya diusia lagi remaja baru tamat SMA _ pikir saya ketika itu”. namanya juga lagi polos. belum mengerti apa-apa…

saya diberi jatah seragam dan sepatu safety. saya suka pamer seragam itu. bepergian kemanapun; saya mengenakannya. termasuk saat naik pesawat untuk pertama kalinya dalam hidup saya; ketika pulang ke kampung halaman.

2004, paskah gempa dan tsunami aceh

saya beroleh tawaran pekerjaan dari HRD[personalia] lama di kantor saya untuk bergabung dengannya di pedalaman kalimantan timur, tepatnya di ds. segihan, separi, kabupaten kutai kartanegara (mungkin sekira 300km dari kota samarinda). disana saya lantas bekerja didalam hutan. tinggal di mess. tidak ada jaringan. pun kalau mau mendapatnya naik ke puncak pohon. disanalah asal mula saya mulai mengenal sedikit demi sedikit aturan bekerja di pertambangan emas hitam.

inilah tambang batubara yang investor nya dipunyai oleh kewarganegaraan korea. dari operasional managernya sampai ke superintendent nya adalah orang korea. disipilin nya luar biasa orang korea ini.. tak lebih kurang dari orang jepang. datang telat 5 menit lebih baik pulang. besok baru masuk lagi. jika telat lagi, maka hari berikutnya baru dibolehkan masuk. seterusnya begitu. harus disipilin.

makan tidak boleh menyisahkan atau menjatuhkan barang sebiji pun nasi? sanksinya akan di kenakan surat peringatan ke dua(SP-2). bagi saya inilah prodi yang tidak ada dibangkuk sekolah.

meski pekerjaan saya masuk hutan keluar hutan alias—hanya sebagai tukang rintis rerumputan dan ilalang juga penerabas pepohonan (atau helper surveyor_ membantu operator total station), saya cukup menikmati pekerjaan itu; karena upahnya cukup menggairahkan (saya bisa mengantongi 1.6 hingga 1.8 jt rupiah/bulan _ jika hujannya dalam sepekan hanya 2 atau 3 kali).

2006

seringkali didemo oleh penduduk lokal(masyarakat Kutai & Dayak), karena alasan perusahaan mempekerjakan pegawai non-skil. dan tidak memprioritaskan putra daerah disekitar area pertambangan; alih-alih saya dan kawan-kawan “bubuhan urang Banjar” dari kandangan, Kalimantan Selatan di berhentikan secara masal sekira 30-an orang; salah satunya saya yang dari balikpapan.

lekas dari pekerjaan itu saya sudah punya simpenan. saya hitung-hitung lumayan bisa membeli tunai satu unit honda vario. tapi saya tidak ingin punya motor dulu….saya ingin bagaimana uang tersebut beranak. maka saya jualan. jualannya di paser sepinggan (sebelumnya paser buton).

di paser sepinggan saya mulai berjualan. berjualan rempahan dapur. semisal bawang-bawangan. dan sayur-mayuran. termasuk tahu-tempe-nya….

saya belanjanya dipaser induk, di pandensari, kebon sayur, kota minyak: balikpapan. saya pergi belanja nya mencarter _ memborong angkot; subuh-subuh. saat orang-orang belum lagi siuman dari nyenyaknya. saat bedug subuh belum lagi bersahut-sahutan di surau-surau. jalan tentu sepi… sebagaimana penduduk kota sedang masygul dengan mimpi-mimpinya. saya juga bermimpi menjadi seorang pedagang sukses. mimpinya diatas angkutan. tahu-tahu: “bangun-bangun, Mas! kita nyampe, Mas!,” pekik pak Sopir angkutan itu dengan kagetku…..

layaknya kaum pedagang, tidak selamanya melaba, pasti ada tekor nya, maka saya merugi. merugi karena tetangga berdampingan di kontrakan saya itu. sebenarnya dia tidak salah? saya yang salah? gampangan percaya!

gairah untuk sukses itu nyatanya kandas di tengah gunung; saya pun gulung tikar. modal saya habis. belum dikembalikan. tapi saya masih punya aset; sebuah gerobak kayu. berbahan kayu meranti. gerobak itu cukup menguras pundi-pundi ku hampir 2.5 jt jumlahnya. selain daripada itu saya masih punya aset timbangan. itulah tanda mata yang bertahan dari hasil nyangkul setahun lamanya dibatubara.

2007, paskah adam air jatuh

montang-manting kesana-kemari. cari kerja? ya, malah tak kunjung juga bekerja. meski beberapa perusahaan telah ku-titipkan sejumlah permohonanku.

maka saya pun tetap berkarib dengan pengangguran. pengagguran tentu butuh makan. untuk bisa makan, saya menumpang lah di sekawanan tempo SMP dulu… dirumah kawan saya yang baik itu, bersama adiknya, kami hidup bertiga seatap-serumah. kenyang bersama. lapar bersama. ketawa bersama. ke langgar bersama. diparuh bulan; kawan saya belum juga upahan; maka kami masuk di kebon-kebon. entah siapa tuan-nya? kami tak tahu-menahu? kami petiklah setandan pisang hampir tua itu. dan beberapa dedaunan ketela_singkong. lantas kami rebus. kami menyantap pakai sambel dengan lahapnya.

hari berlalu silih berganti sore menjadi pagi dan pagi menjadi sore, sekonyong-konyong saya malah dirundung gundah-gulana. galau gemalau. kegelisahan begitu menggebu-gebu. ketidaksabaran yang mendayu-dayu…..dimana pikiran selalu tak ditempat nya. maka tercetuslah keinginan MAGANG. saya orang nya gampang tidak enakkan. gampangan jenuh pada keadaan dimana tidak menghasilkan apa-apa… ? tidak sabaran; ingin segera menjadi pagi dan memasuki hari baru. pagi yang cerah untuk memulai sebuah rutinitas menjanjikan. saya lantas mengutarakan ingin magang itu. kerja praktikum diperusahaan dengan mengajak adik kawanku yang juga masih pengangguran tulen itu.

keinginan magang ini sebenarnya dilatari sehelai “wearpack _ seragam dari bahan khusus yang biasanya dikenakan oleh kebanyakan para pekerja lapangan/montir”. wearpack itu kepunyaan adik kawan saya yang jebolan dari sekolah menengah kejuruan di Bau-bau. dengan konsep magang, maka tidak ada sekat dinding penghalang untuk menembusi pagar tinggi dan seramnya petugas satpam yang berjaga disetiap pos keamanan perusahaan, “renung saya menyeringai diantara lamunanku di bawah nyiur melambai-lambai senja itu dipekarangan rumah.

saya bersama adik kawanku—lalu menyebar dan membawa diri ke arah perusahaan-perusahaan yang bergeraknya di industri otomotif. yang kami sasari adalah beberapa diller. sebab tulisan yang bersemayam dibelakang wearpack itu: STM Negeri 1 Bau-bau Teknik Automotif (setingkat SMK atau SMA sederajat). maka prinsip yang kami gunakan: menempatkan sesuatu pada porsinya. sesui kebutuhannya. searah bidang dan jurusannya. kami lalu bermotor. berboncengan. melaju dengan penuh riang kegembiraan. layaknya seorang remaja ingin bertemu sang idola. dan idola kami saat itu adalah ingin bekerja.

tibalah di sebuah diller Mitshubishi, di distrik perkotaan yang masih tergolong mudah di kota itu. ia lah kawasan balikpapan baru. agar bisa mengelabui pihak satpam, kami pakai cara menyamar begini:

“kami mau magang, pak!”

“…dari sekolah mana?” tanya satpam.

“penajam, ya!” sambung pak satpam dengan ramahnya(belum sempat kami menyahut)

jurus itu ternyata manjur alias mulus. bahkan kami dituntun sampai ke ruang ‘manager service’.

di diller Mitshubishi; manager nya sedang repot dengan berbagai aktivitasnya di ‘workshop’. kami hanya bertemu ‘dcrc _ dealership customer relations center’, seorang staf yang (biasa wanita)menjadi pusat informasi hubungan antara diller dengan pelanggan. percakapan dibuka:

“sementara penuh, mas! nanti kami hubungi jika mau penambahan, ya! “ujar si dara jelita di diller PT.Mandau Berlian Sejati. PT.Mandau adalah salah satu cabang yang ditujuk PT.Krama Yudha Tiga Berlian Motors ( atau KTB) _ merupakan distributor resmi kendaraan Mitsubishi di Indonesia dari PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia[MMKSI]. penjualan di daerah untuk regional Kalimantan timur? ya, melalui PT. Mandau ini….

niatan untuk menimba ilmu di diller Mitshubishi, akhirnya kandas. kami tidak patah arang. disebrangnya ada diller lain. diller apa itu? ya, diller FORD! strategi masuknya sama; menyamar menjadi anak magang. atas keramahtamahan staf dcrc dan servis manager nya; kami diterima. dan diizinkan masuk dihari berikutnya[besoknya]. meski telah ditegaskan diawal, bahwa pihak bengkel tidak akan memberikan tips atau bonus. hal ini bukan semata yang kami cari. kami butuh serapan keterampilannya. dan itu lebih penting bagi kami di tempo itu.

malamnya saya tidur lebih awal, agar bangun diawal pagi. usai subuh-an saya bangunkan kawan saya itu, tapi ia rupanya ragu dan terus melanjutkan mimpi nya. saya rasa ia punya alasan sendiri untuk itu. saya bertekad ingin tetap magang. saya jalan sendiri membela perbukitan dan area perkebunan. halimun tampak bergelayut didedaunan ilalang menyilangi jalan setapak kecil selebar bahu. saya terus mengayuh kaki dengan gontai. dinginnya embun pagi tak menyurutkan sedikit pun tekad saya untuk sampai ke diller. yang jarak tempuh nya barangkali 10 km.

sepekan 6 kali saya berjalan kaki. membela perbukitan dan kebon-kebon warga. anak magang memang tidak di upah. sebab ia belajar pratikum. belajar turun lapangan. tepatnya di bengkel. di diller ford. karena tidak di upah, saya makanya roti. roti yang kulitnya saja. yang harganya ketika itu masih seribu perak perbungkus. terdapat dipasar-pasar tradisional. belakangan saya mengetahui kulit-kulit roti yang keras itu adalah sisa hasil olahan industri roti tawar. dipasarkan kembali sebagai wujud KURANG ELOK RASANYA MUBAZIR. atau kalau pemaknaan sederhananya; berlebih-lebihan itu tidak baik. maka kulit-kulit roti tersebut berakhir di toko-toko kelontong dan pedagang sayuran. saya berlangganan roti tersebut. selain murah, membikin cepat kenyang.

demi..waktu, hari berganti pekan, pekan berganti bulan, sebagaimana anak magang lainnya utusan atas nama sekolah-sekolah, entah mengapa, bagai hantaman godam mengisi kekosongan pikirinku: magang tentu saja punya orientasi selain atas nama proses pembelajaran? pembelajaran harus punya jangka waktu dan memiliki target pencapaian? target saya sejauh mana dan setelah magang mau kemana? demikian pemikiran yang berkelebat di langit-langit pikiran saya….

sebulan-dua bulan- tiga bulan saya magang tidak diupah? dan tidak berharap upah. sekian bulan itu pula saya terus memakan kulit roti. kalau waktunya istrahat tiba, di “locker room” atau dikenal menjadi ruang istrahat bagi montir; kami semua masing-masing mengeluarkan perbekalan dari locker: untuk saatnya menyantap siang. tampak yang samar dipandangan mataku; ada yang melahap nasi-ikan-sayur-dan sambel. ada yang menyantep nasi bungkus di campur-campur . ada yang mengeluarkan rantang perbekalannya berisi nasi dengan telur ceplok. saya juga mulai mengelurkan perbekalan makan siangku dari dalam locker: kulit roti. itu saja. makan kulit roti juga tak kalah nikmatnya. meski terasa keras, saya memberi jedah dengan meneguk air apabila terasa cekak. karena terus memakan roti, hingga suatu ketika, teman-teman akhirnya memanggilku dengan sebutan: ROTI.

tiga bulan saya magang, saya betul-betul gigih. serius. tidak main-main. mau kerja keras. telaten. datang lebih awal. saya mulailah bersih-bersih tanpa diminta. saya ingin ada perbedaan cara pandang orang lain terhadap saya. saya ingin siswa magang lainnya dengan saya berbeda…

maka saya bekerja diluar batas-batas tugas kewajaran seorang montir, misalnya menyapu di area ‘showroom’, membersihkan sarang ‘spiderman’ dilangit-langit ‘workshop’, menyapu dilantai nya, termasuk dikolong-kolong parkiran kendaraan menginap.

sepekan. dua pekan. tiga pekan saya rutin melakukan itu, area bengkel dan pekarangan diller terlihat lebih rapih. disaat-saat tertentu sedang bersih-bersih—ada yang menitipkan ‘tips’, katanya, buat sewa angkot, mas. meski saya berusaha menolaknya. saya terus dipaksai lekas menerima itu; akhirnya saya terima. bahkan diwaktu jam pulang, kerap kali saya juga ditawari menumpang untuk di anter kerumah. saya berusaha menolaknya secara baik, “gak apa-apa sekalian jalan,” bujuknya. saya pun manggut. dan ikut menebeng pulang.

kebiasaan bangun pagi ini terus saya lakukan. dan berusaha bagaimana tidak membebani kawan lama saya itu untuk terus menumpang, meski saya tahu betul….betapa tulus dan baiknya mereka. saya orangnya sangat tidak enakkan. kadang-kadang betapa semangatnya saya pergi magang, hingga tak tarasa lelahnya berjalan kaki menaiki dan menuruni perbukitan yang membela antara kawasan ringroad [atau jl.ruhui-rahayu] dengan jl.marsama R Iswahyudi itu[atau area bandara]. saya memangkas rute tersebut untuk sampai ke Balikpapan baru. tapi saya menikmati melewatinya. menuruni ngarai dibawah rindang perkebunan yang sunyi-gemunyi, ditemani burung-burung tekukur bernyanyi…. sungguh saya melakukannya dengan bersemangat.

jika saatnya saya harus mengikuti tim storing melakukan kerja lapangan di area pertambangan nun jauh di hutan, saya girangnya bukan main. selain menikmati melakukan bepergian jauhnya. saya dapat pula tambahan pengetahuan barunya. termasuk makan gratis nya. dan ‘menu’/pilihan makanan nya yang bervariasi.

turutserta saya di tim storing tambang, tiba-tiba saya berdengar berita, bahwa saya akan diangkat menjadi petugas ‘cleaning service’ dikantor(diller) saja. saya merasakan ada harapan disana. benar kah itu? betapa saya akan sangat bahagianya? entahlah? saya tunggu nanti….

saya sudah tidak sabaran ingin segera kembali ke kota. dan memastikan perihal berita itu. masuk ke bengkel seperti sedia kala. setiba di rumah—saya sudah tidak sabar menanti bangun diawal pagi dan memulai aktivitas bersih-bersihnya. jauh sebelum itu memang saya sudah bersih-bersih dibeberapa titik tertentu di area bengkel dan pelataran diller. sesampai di diller, pak satpam masih akrab dengan tidur pulasnya, tapi ia tahu betul jika saya lah yang membuka pagar. saya mulai menyapu seluas-luasnya dan se-bersih-bersih-nya. saya ingin suasana menjadi bersih dahulu…sebelum karyawan-karyawan dan staf-staf kantornya datang. perilaku yang tidak biasanya dilakukan kebanyakan anak magang lain ini, ternyata mengundang keseriusan pihak ‘office’ agar menggantikan posisi ‘cleaning service’ yang lama. yang kerjanya suka-suka. yang masuknya juga semaunya.

rencana untuk menggantikannya pupus tatkala yang bersangkutan ternyata masuk kembali. tapi hal itu tidak lantas menurunkan semangat saya. saya tetap yang dulu. bahkan melakukannya lebih dari itu.

buah ketulusan itu ternyata tidak berlangsung lama? salah seorang di departemen aftersales, yakni di bagian sparepartnya: resigned(mengundurkan diri). kendatipun yang telah lewat saya rutin bersih-bersih, saya juga acapkali membantu bagian gudang ‘sparepart’ untuk mengangkat- ngangkat. sehingga barangkali ‘opsi’ dari rekan-rekan yang selalu berbaik dan bermurah hati kepada saya itu; menyodorkan nama saya untuk membantu di gudang. entah ada kemujuran apa? saya merasakan aura kegembiraan ini menyelimuti diriku; harapanku? mimpi-mimpi ku? dan semuanya bercampur dalam riang kebahagiaan yang tak terkira…

paskah saya menjadi bagian di departemen spareparts. tidak lantas saya mulus dapat menerima upah disetiap penutup bulannya? atas kebaikan dan urungan teman-teman se-departemen itulah saya bisa upahan. atas solidaritas mereka jualah saya ditawari untuk tinggal di mess diller. maka saya mulai tinggal di mess. dua bulan berikutnya baru secara resmi saya menerima upah dari kantor. hal tersebut didasarkan sebab posisi HRD & kantor pusat ada di belahan Kalimantan lain. persetujuan tentu saja mengikuti prosedural pihak manajemen pusat. dan waktunya tidak singkat.

sejak itu saya bekerja dengan passion yang menggila. angkat mengangkat colly-an[kardus berisi] onderdil adalah rutinitas pokok seorang pegawai gudang. selain angkat- mengangkat, saya dapat pula membuka dan mempelajari ‘catalog’. mengetahui sedikit-demi sedikit posisi/letak item potongan onderdil di unit kendaraan saat terpasang. mengetahui apa saja fungsi dan peran-perannya. melayani dengan tepat setiap ‘request’ montir. menata dengan efisien lokasi item-item stock dirak-rak gudang, agar pada saat dibutuhkan tidak membutuhkan waktu lama untuk dicari. serta lebih penting mengawasi/menjaga keluar-masuk semua item onderdil. diselah-selah waktu kosong saya dapat pula ikut men-delivery onderdil kebeberapa fleet/toko-toko yang sudah ada kontrak kerjasama. sekali-kali bahkan saya dimintai menyetir, saya pun berani lakukan itu. dan akhirnya bisa. lancar. sampailah saya mengurus SIM A. hingga bebas berkendara sendiri. termasuk proses men-delivery. sendiri pula.

2008

saya nyambi kuliah di kampus swasta. kuliah sore selepas bekerja . mahasiswa-mahasiswi membawa kendaraan roda dua maupun roda empat. saya juga menunggangi roda empat. hal ini saya bebas melakukannya karena sehabis men-delivery barang. dan atas bantuan dan pengetahuan owner di perusahaan, hingga saya pun dapat kuliah. bahkan dibantu secara tunai keringanan uang gedungnya. meski bekas ambulans, saya dengan pede-nya menugganginya ke kampus. auman knalpotnya serupa mobil ‘racing’, padahal sebenarnya knalpot nya keropos sehingga bunyinya menderum laksana oto berkelas. terkadang saya merasa mengganggu aktivitas tatap muka diruang-diruang kelas antara dosen dengan mahasiswa. tapi mereka pun ‘easy going’ rupanya, tak ingin ambil pusing. dijuluki lah saya di kampus sebagai sopir angkot. karena sebelum kendaraan tersebut menjadi ambulans, ternyata pernah menjadi angkutan kota. tapi itu katanya…..karena struktur body kendaraan tersebut didesain menyerupai angkot. barangkali itulah alasan rasional nya sehingga disebut angkot.

kendaraan tersebut sebenarnya didatangkan dari kantor pusat. diperuntukkan untuk manager di departemen saya(spareparts), tapi disentuhnya pun tidak, maka saya fungsikan. untuk melakukan delivery keluar kota, misalnya di area Samarinda, dan Muara Badak, saya pakai Ford ranger yang dobel cabin model box itu. tidak lama kemudian akhirnya mobil box tersebut menjadi milik paten departemen sparepart (yang sebelumnya kepunyaan servis), maka untuk pergi ke kampus dan berbagai keperluan pribadi saya misalnya ke pasar dan liburan diluar hari kerja, saya tetap menggunakan mobil box tersebut. bahkan, setelah tidak lagi saya tinggal di mess diller. saya masih tetap menggunakan kendaraan box itu.

2009

setahun berlalu dibagian gudang, saya lalu dipromosi untuk mengisi kekosongan di part counter. saya bingung nya ampun-ampun, sebab belum begitu cekatan membaca dan membuka catalog manual book maupun e-catalog? terlebih memahami Microsoft office?

berjalannya waktu atas bimbingan para senior di departemen sparepart tersebut, saya pun mulai bisa. walau baru bisa melayani untuk satu orang pelanggan membutuhkan waktu 30 menit. tak pelak antrean akhirnya menjadi mengular menuggu untuk dilayani. proses kebiasaan setahun berikutnya masih diposisi yang sama akhirnya terbiasa. dan menjadi bisa.

Agustus, 2010

tiba-tiba saya ditunjuk menjadi part sales. kerjanya melakukan pemasaran onderdil. melakukan pendekatan dengan banyak customers. diposisi ini saya kian dihujani banyak bonus dan salary yang menggiurkan untuk seorang bujangan tulen. allhamdulillah saya bisa melakukan berbagai hal yang menjadi cita-cita saya saat itu.

TAMAT

Adzan

Jaakarta ,29 Agustus 2018

ADZAN adalah penanda atau panggilan shalat telah tiba waktunya.Maka bersegeralah.Saat itu juga.Tidak pake sebentar atau nanti.Serupa dengan sakratul maut.Hanya saja sakratul maut mengejutkan sekali.Secara tiba-tiba.

Adzan yang dikumandangankan samar-samar,sayup-sayup,ber-frekuensi kencang tapi merdu.Volume-nya keras tapi pas.Mengalun pelan diantara semilir angin sepoi-sepoi–yang melewati pepohonan di kucup dedaunan.Alunan suaranya menyejukkan,menggetarkan hati,melembutkan jiwa-jiwa yang mendegarkan-Nya.Sungguh teramat syahdu-Nya.Saya rindu itu.

Sesuatu yang syahdu itu khidmat untuk di hayati.Sesuatu yang sesuai takarannya itu juga nikmat untuk diselami.Pas.Tidak kurang.Tidak lebih.Karena sesuatu yang(mubazir) dilebih-lebihkan itu justru hilang ke-nikmatannya.Bahkan bisa menjadi pemantik wabah.

Bagi saya yang individu.Yang kadar ke-Islam-an-nya barangkali tidak OKE.’Ngaji’ atau Wudlu saja belum sempurna…..lah,kok,mau bicara aturan vital ke-agama-an?

Berjuta damai rasanya–ketika–mendengar—kicauan burung-burung bernyanyi.Lantunan oleh seorang muadzin yang menggetarkan hati.Dentuman–pada lonceng di pagihari.Dan gemuruh kehidupan saat doa-doa mulai di panjatkan.

Tapi….tapi,saat frekuensi volume begitu membahana di ruang padat penduduk.Memecah di keheningan.Memekakan teliga.Bukan adzan pula.Tapi puji-pujian.Dan solawatan.Bahkan di dengungkan pula,maaf,oleh anak-anak itu sendiri.Kalau hanya Adzan, meski dengan suara kering yang pas-pas-an; zero bass.Barangkali namanya juga usaha,yang seadanya hanya itu.Dan siapa berani mau mengutuk Adzan?Seruan Tuhan kepada mahluknya untuk berhenti sejenak mengurusi tentang dunia?

Pemerintah sudah memberi solusi yang ber-keadilan sosial.Ramah lingkungan.Sebagaimana sudah lebih dulu diterapkan oleh beberapa negara yang ber-Islam-Nya mayoritas. Maka tidak ada lagi volume Toa-toa yang terlalu mubazir itu.

Kalau perlu didata siapa-siapa pemilik suara MANTAP di negeri ini? Biar di-upah saja oleh negara! Syukur-syukur ikhlash karena ‘value’ ibadah-Nya?Malah akan mendorong semangat ummat untuk kembali memeriahkan Masjid-masjid,Langgar-langgar,Musholla-musholla di seluruh negeri para wali ini?Ayo mari bersatu untuk itu!Kapan lagi?Dan siapa kalau bukan kita?[*]

Fitur Mode Terbang di Smartphone Yang Jarang Diketahui

img-20181030-wa0026315188890.jpg
ketika didalam pesawat pastikan mode terang diaktifkan

2018-10-30 20-571051180..jpg

img-20181030-wa0025-1370019132.jpg

Tidak sering saya naik burung besi.Malah lebih sering naik ular besi,selama di Jawa tapi.Pun berpesawat juga tidak pernah saya switch off ponsel(android)saya.Flight Attendants mengetahuinya.Saya pun tahu(aturannya).Mereka diam.Saya juga diam saja.Karena itulah fungsi mode terbang yang sudah disediakan pabrikan smartphone.Saya lantas tidak lupa; kalau berpesawat agar selalu mengaktifkan fitur ini: mode terbang.Selain membaca majalah dan buku,saya pasti mendengarkan pelantun biduan dari ponsel saya.Selain itu,saya tidak ingin melewatkan momen-momen penting diatas ketinggian beribu-ribu kaki tingginya.Jika misalnya; pas kebetulan saya duduk disamping window.Saya tidak ingin melewatkan view langkah sekali itu.Sebab sangat sayang kalau misalnya dilewatkan.Tidak banyak yang tahu fungsi mode terbang ini?Sebagaimana kebanyakan masyarakat awam kita.Dan memang kebanyakan masyarakat kita; belum mendarat betul di apron bandara?Atau gedung terminalnya?Sudah mengaktifkan ponsel-ponselnya!Bahkan sudah ada yang menelipon dan menerima panggilan segala.Padahal momen paling berbahaya dalam penerbangan atau biasa dikenal dengan critical eleven: sebelas menit paling kritis;tiga menit setelah lepas landas(take off)dan delapan menit sebelum mendarat(landing).Karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu.Berkali-kali awak kabin(cabin crew)menghimbau dan betapa susahnya mengatur manusia masyarakat bangsa kita.Kecelakaan pesawat dalam dunia penerbangan adalah sesuatu yang paling mengerikan.Tapi melihat tingginya frekuensi penerbangan dilangit udara kita saat ini; hanya Tuhan yang tahu.Toh accident didaratan juga tak terhitung jumlahnya.Biarkan tim ahli investigasi aviation yang mengungkapkannya.Dan hanya Tuhan yang tahu.Kita manusia hanya diajarkan untuk selalu taat dan tertib aturan dimanapun berada.Itulah fungsinya pendidikan agar memudahkan manusia diatur.Karena faktanya hanya manusia-manusia yang merasa berpendidikan akan lebih mudah diatur.

‘Koningen Van Oosten’ julukkan Si Ratu Timur Menjadi Simbol Kajayaan Batavia Jaman Dulu

Pelabuhan Sunda Kelapa tampak dari sisi arah laut utara pulau Jawa dengan kota Batavia yang dibelah oleh sungai (kanal) Ciliwung,Batavia tua,Dutch East Indie,1660.
Gerbang Amsterdam dengan gambar berwarna,tampak Patung dewa Mars dan dewi Minerva disi kiri-kanan-nya.Kedua patung itu hilang saat pendudukan Jepang di Indonesia.

 

Pintu gerbang Amsterdam di kota Batavia tua.Lokasi saat ini ada dipertigaan diantara Jalan Cengkeh (Prinsenstraat),Jalan Tongkol (Kasteelweg), dan Jalan Nelayan Timur (Amsterdamschegracht).

 

Kastil Batavia,1770,di jalan Tongkol(Kasteelweg),Kota Batavia tua.
Galangan kapal tampak dari arah seberang kastil,1757.

Pelaut dan seorang penyair V.O.C.,bernama Jan de Marre akan melakukan kunjungan kali pertamanya ke Batavia.Setelah melului kelelahan pelayaran ber-bulan-bulan lamanya di lautan–dari Belanda ke Hindia.Decak-kekaguman sang pelaut rupanya begitu menggelora saat-ketika melihat amboi-nya Batavia.Ia lantas melukiskan kekagumannya itu melalui balada puisi yang diberi-nya judul: Batavia

O-Batavia yang indah,
yang telah menyihirku.
Di sana alun-alun kota dengan arca bangunanya yang megah
Menyibak keagunanmu!
Betapa sempurnanya kau!
Kanal-kanalmu yang luas,
dengan air jernih yang mengalir,
terbangun dengan sangat indah,
Tak ada kota tandinganmu di Belanda…
Kanal Harimau,
di mana Batavia disanggah,
Melemparkan ke angkasa sebarisan istana langit
Dan berkilau dari ujung ke ujung dengan permata-permata arsitektur…
Dipenuhi bayangan jalan-jalan dengan hijau bersemi yang abadi…
Betapa Batavia mempesona para pelancong!!

Di tahun 1720-an Batavia mencapai puncak masa kejayaannya sebagai sebuah kota Belanda yang Indah di Asia.Keindahan,keteraturan,dan kerapian Batavia, menyebabkan disebut Koningen van Oosten atau si Ratu Timur.Yang diabadikan dalam karya Francois Velentijn.

Sumber pustaka :

~Gambar diolah dari beberapa koleksi photography soerang dosen senior berkebangsaan Belanda, di politeknik institut-University of Rotterdam; Dirk Teeuwen.M.Sc.

~Puisi dilansir dari sebuah buku;
Taylor,Jean Gelman.2009.Kehidupan Sosial di Batavia.Jakarta: Masup.

Dari Seruan Para Kiayi Hingga Dunia Filsuf

…dunia itu menipu,kawan!Jangan terlalu diperdaya oleh kemilaunya.Karena banyak yang tiba-tiba pergi selama-lamanya dengan meninggali pernak-pernik kehidupannya.Ilmu pengetahuan memang semakin maju.Teknologi tak kalah maju-nya.Berbagai Ilmu pengobatan moderen pun demikian hebatnya.Karena inginnya manusia memperpanjang harapan hidup; maka cara apapun itu berusaha disanggupi.Tapi misteri kematian tak pernah dipecahkan.Rahasia kematian tak pernah teratasi.Kematian manusia tak pernah berhasil dihindari sehebat apapun ilmu pengetahuan itu.Maka masalah terbesar manusia dari dulu sampai sekarang adalah; mati.Jika sudah tiba saatnya dipanggil; pergi.Dan tak pernah kembali.Intinya; dunia ini memang menipu?Masalahnya; manusia terkadang lalai untuk itu!Solusinya; dunia boleh sibuk,tapi..tidak melupakan matinya.Kira-kira begitu nasihat para kiayi.

Kata Kiyai; dalam sejarahnya–orang-orang sehebat apapun pasti mati.Tidak ada yang abadi.Tidak ada yang kekal.Semuanya datang dan pergi.Gantian.Sama bayi-bayi yang terus dilahiri.

Kata filsuf; semua dialam raya ini tetap.Tidak ada yang berubah.Kita manusia yang datang dan pergi.Dan semua benda-benda di alam semesta ini bagaikan bubur,jika saatnya partikel-partikel atau molekul-molekul atau atom-atom yang membuat benda-benda itu memadat–akan tiba waktunya mencair,maka alam raya ini tak lebih hanya sebuah kolam raksasa yang berisikan luberan bubur.

Kata filsuf lain; tidak perlu manusia itu berbesar kepala,karena ia sesungguhnya hanyalah tanah yang berbentuk.Sudah ada cetakannya masing-masing.Dan tidak mungkin sama.Semua makanannya–sampai kepada saat ia dikuburkan menjadi tanah.Dari tanah kembali ketanah.Selama gabah, ketimun, dan semangka masih keluar dari tanah,saat itu pula manusia masih hidup.”

Kata filsuf satunya lagi; “dalam tubuh manusia sehingga ia bisa tegak beridiri,karena menyatunya ke-4 unsur yang menjadi penyangga kehidupan itu sendiri.Jika salah satunya tidak bekerja,maka tidak ada kehidupan.Apa saja itu?Air-Tanah-Api-dan udara.Dalam tubuh saya ini misalnya 97 prosen air.Itulah sebabnya saya disarani untuk selalu banyak meneguk airputih.Makanan yang saya kunyah hari-hari juga semuanya tumbuh dari tanah yang tandus.Cetakan tanamannya saja yang tidak sama.Semangka dan ketimun meski sama-sama mengandung 99 prosen air dan keluar dari sepetak tanah yang sama,tetap saja rasanya berbeda.Dalam tubuh saya ini juga ada unsur api yang tersembunyi dibalik gumpalan-gumpalan daging yang membungkus tungkai-tungkai tulang keringku.Barangkali ada benarnya; kian tambun seseorang kian banyak unsur api(lemaknya).Itulah terkadang manusia mudah sekali tersulut amarah….Dan dengan suhu tubuh saya yang selalu hangat dimusim pendingin, bahkan memanas disaat tubuh saya menangkal bakteri atau virus.Dalam selang-selang disekujur tubuh saya yang dialiri pembuluh-pembulu darah ini juga ada udara(oksigen) yang bergerak karena terus dipompa oleh jantung.Hidung saya ini barangkali dulu dari moncong nenek moyang babi rusa yang telah mati diatas tanah Muna.Orang tua saya bercocok tanam disana,tumbulah jagung,jagung itu kemudian berakhir di perut ayah saya.Ayah saya menghasilkan sperma dan melamar ibu saya.Kawin.Lahirlah saya.Kira-kira begitulah siklus kehidupan manusia menurut para filsuf.Tapi jangan terperangkap dengan teori para filsuf itu; bahaya.Kita ummat beragama dituntun untuk senantiasa memahami dan menjadikan kitabsuci sebagai pedoman dan petunjuk hidup.Maka bacalah kitab sucimu(Al-Qur’an)!!

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑