Kau pergi dgn cita-cita,ke kota yang jauh di sana

Satukan Hati Kami ; Dian Piesesha

dian-piesesha-055

Tahun delapan puluhan adalah masa lagu-lagu melankolis merajai selera musik masyarakat Indonesia. Meski pemerintah kala itu mencapnya sebagai lagu cengeng, toh tetap saja lagu-lagu tersebut digemari para pencinta musik Tanah Air. Di saat seperti itulah muncul Dian Piesesha, biduan yang memang sangat mahir dan cocok membawakan lagu-lagu melankolis. Pembawaannya yang bersahaja, serta tatapan mata yang sendu membuat lagu-lagu pop melow semakin pas dilantunkan pemilik nama asli Diah Daniar ini. Kemahirannya membawakan lagu-lagu melankolis itu telah melambungkan namanya pada deretan penyanyi wanita terpopuler kala itu.

Musiknya selalu enak untuk didengar,tak membosankan.Maka begitu Dian bersenandung sendu,teringat masa putih abu-abu tempo doloe.Jadul tetapi romantis.Lagunya menyejukan hati disaat sendu,selalu berlirik cengeng  tentang patah hati,tentang cinta bertepuk sebelah tangan,tentang suami yang selingkuh.Tak ada musik Melayu yang tak cengeng,terutama dalam lirik nyanyian  tersebut.

Namanya melejit ke deretan papan atas penyanyi Indonesia setelah sukses mempopulerkan tembang berjudul Tak Ingin Sendiri ciptaan Pance Pondaag.

Wanita kelahiran Bandung, sembilan Maret 1961 ini mulai mengenal dunia tarik suara sejak tahun 1976. Piesesha yang kala itu masih berumur 14 tahun, awalnya hanya menyanyi bersama teman-temannya. Setelah itu baru kemudian beranjak ke atas panggung.

Dari satu panggung ke panggung lainnya, Piesesha memperdengarkan suara merdunya, hingga suatu saat dewi fortuna mulai menghampirinya. Sebuah perusahaan rekaman bernama Padang Surya Mas Record menawarkannya membuat album rekaman. Di bawah naungan label perusahaan ini, nama Dian Piesesha mulai dikenal dan sempat menghasilkan 4 album.

Tahun 1981, Piesesha memutuskan untuk pindah ke perusahaan rekaman JK Record milik Judhi Kristianto. Di label inilah namanya melejit ke deretan papan atas

penyanyi Indonesia setelah sukses mempopulerkan tembang berjudul Tak Ingin Sendiri ciptaan Pance Pondaag. Album yang rilis tahun 1984 itu laris manis di pasaran, bahkan konon angka penjualannya mencapai jutaan kopi, sebuah rekor yang terbilang fantastis ketika itu.

Keberhasilan Piesesha dalam menapaki setiap jenjang karir bermusiknya memang tak bisa dilepaskan dari peran Pance Pondaag. Pria yang dikenal sebagai musisi bertangan dingin itu sukses mengorbitkan sejumlah artis penyanyi. Sebut saja Maya Rumantir,Meriam Bellina, dan tentunya Dian Piesesha. Tak ayal, makanya saat mendengar kabar meninggalnya Pance pada 3 Juni 2010 lalu, Piesesha termasuk salah seorang yang merasa paling terpukul.

Di mata Dian Piesesha, pria kelahiran Makassar itu bukan hanya sebagai guru yang telah mengajarkan banyak ilmu padanya. Lebih dari itu, Pance adalah kakak sekaligus sahabatnya. Selama mengenal Pance, Piesesha mengaku banyak sekali kesan yang ditinggalkan untuk dirinya. “Yang paling berkesan, dia selalu memberi semangat, dia tahu saya dari desa istilahnya, dan dia tahu saya selalu dianak-tirikan waktu dulu. Dia selalu memberikan semangat. Dia bilang, ‘Kamu jangan takut’,” kenang Piesesha.

Menurut Piesesha, sebelum tutup usia, Pance sempat menjanjikan dua lagu kepada dirinya. Hal itu memang tidak mengherankan karena semenjak Pance jatuh sakit, Piesesha-lah yang paling memperhatikannya di antara artis-artis orbitan Pance yang lain. Sayangnya, terakhir sebelum Piesesha berhasil menemuinya, Pance sudah terlanjur dipanggil Tuhan.

Selain cerita di balik kedekatannya dengan almarhum Pance Pondaag, Piesesha juga punya sebuah kisah menarik saat menolong seseorang yang tengah dalam kondisi koma, bukan dengan obat-obat medis ataupun tradisional tapi dengan suara lembutnya.

Menurutnya, cerita bermula saat ia tengah menghadiri undangan menyanyi di Pekanbaru. Tiba-tiba ia dihubungi salah seorang temannya yang kebetulan adalah kerabat Taufiq Kiemas, suami Megawati Soekarnoputri yang saat itu menjabat sebagai presiden. Sang teman yakin, mertua RI1 yang sedang terbaring sakit itu bisa sembuh bila mendengar suara Dian Piesesha yang merupakan penyanyi idolanya. “Aku deg-degan. Malamnya tidak bisa tidur. Aku terus berdoa,” aku Piesesha.

Begitu tiba di Jakarta, ia langsung meluncur ke rumah sakit dan langsung menyanyikan lagu hitsnya, Tak Ingin Sendiri, di telinga ibunda Taufiq. Tak disangka, mulut wanita renta yang tadinya tertutup rapat itu tiba-tiba bergerak dan mengikuti lirik lagu yang dinyanyikannya. “Selanjutnya, kami bernyanyi bersama-sama,” kenang Dian.

Keberhasilan yang sebelumnya tak pernah diduga itu menimbulkan perasaan bahagia tak terkira di hati Piesesha. Untuk “jasa”nya itu, Piesesha juga mengaku menerima imbalan materi tapi ia enggan menyebutkan nominalnya. Menurut pengakuannya, uang tersebut langsung disumbangkan kepada anak yatim. “Ini kan bukan proyek komersial. Masa, aku pasang harga dan menikmati uangnya, sih,” tutur ibu dua anak ini.

Masa-masa keemasan Dian Piesesha memang telah lama berlalu, tapi tampaknya ia ingin terus menyapa para penggemarnya yang sudah merindukan suara khasnya. Maka pada 24 Januari 2007, ia meluncurkan album terbarunya yang diberi judul Kerinduan. Di album ini, ia menggaet beberapa nama lain yang merupakan gabungan teman-teman musisi seangkatannya, seperti Dian Pramana Poetra, Ika Ratih Puspa, serta generasi musisi baru seperti Ricky Lionardi, Indra Aziz, Ade dan Tommy Widodo.

Senandung lawas yang pernah dipopulerkannya seperti Tak Ingin Sendiri, Pintu Hati,wanita, Hadirmu, Kerinduan, dan Permata Hatiku dikemas kembali dalam album ini dengan aransemen bernuansa swingjazz yang sederhana tapi lebih nyaman dinikmati. Di samping itu, dalam album teranyarnya ini, Piesesha juga berduet dengan putrinya yang bernama Wulan, di lagu Cinta.

Sebagaimana manusia biasa yang tak pernah luput dari cobaan dan ujian dari Tuhan demikian halnya dengan Piesesha. Saat tengah berada di puncak karirnya, ia pernah divonis menderita tumor. Tidak hanya itu, pita suaranya pun sempat mengalami gangguan. Namun sederet cobaan itu tak serta merta merontokkan semangatnya untuk terus bernyanyi. “Saya tidak menyerah dan bisa eksis sebagai penyanyi hingga kini,” ujar Piesesha menegaskan optimismenya.

Jaman memang sudah berubah, waktu berjalan. Hal-hal indah itu menjadi kenangan. Waktu yang berlalu mustahil kembali lagi.

" Waktu adalah jarak terpanjang antara dua tempat " ( Tenesse Williams )

Time is the longest distance between two places” (Tenesse Williams)

Syair selengkapnya adalah sebagai berikut :

SATUKAN HATI KAMI

Di sini setahun yang lalu
Menyatu hatiku dan hatimu
Tanpa janji-janji tanpa kemesraan
Kau diam aku pun membisu

Kau pergi dengan cita-cita
Ke kota yang jauh di sana
Pasrah sudah hati, hanya doa restu
Ku tunggu dengan sabar hati

Siang malam hanya doa yang ku panjatkan
Tuhan lindungilah dia yang kusayangi
Satukanlah hati kami berdua
Selamanya, selamanya
Siang malam hanya doa yang ku panjatkan
Tuhan lindungilah dia yang ku sayangi
Satukanlah hati kami berdua
Selamanya, selamanya

Kau pergi dengan cita-cita
Ke kota yang jauh di sana
Pasrah sudah hati, hanya doa restu
Ku tunggu dengan sabar hati

Siang malam hanya doa yang ku panjatkan
Tuhan lindungilah dia yang kusayangi
Satukanlah hati kami berdua
Selamanya, selamanya
Siang malam hanya doa yang ku panjatkan
Tuhan lindungilah dia yang kusayangi
Satukanlah hati kami berdua
Selamanya, selamanya

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑