Belajar Konservasi di Kebon Raya Bogor

10262226_852806438068869_6151448501411645475_n
Salah satu pohon di KRB

JUJUR, saya banyak mengamati dan sangat terinspirasi dari Kebon Raya Bogor ini.

Diam-diam…saya belajar bagaimana menghargai tumbuhan dan menjaga hutan tetap lestari?

Mencermati dasar-dasar membuat taman-taman indah?

Seperti apa cara merawat dan menanam hutan konservasi ?

1926744_852811664735013_5187587338554184774_n
Sarwono,27 Tahun

Saat itu(10/14),bahkan setelah saya memporoleh izin dari pengelolah KRB.Saya memunguti biji-biji kenari ini,bersama ipar saya (Sarwono,27 Tahun),mengumpulkanya.Dan saya bawah pulang ke Bau-bau.

Sesampai di Bau-bau.Saya rendam beberapanya.Biji-biji kenari yang kami punguti itu.Terlintas di akal sehat saya : “mau menanam nya, di setiap bahu jalan kota Bau-bau.Setelah saya pikir lagi;median jalan di kota keraton terbesar itu, terlalu sempit.”Sehingga saya urungkan niatan itu.Tapi tidak cukup sampai disitu.

Saat rendemen biji-biji kenarinya mulai me-mucuk.Bermunculan seperti tauge(cambah) .Lantas saya punya ide baru lagi : “saya akan menyambangi pos polisi kehutanan, di kawasan hutan lindung jalan besar, arah ke pasar Wajo.”Tepatnya ,di KM berapa ? Saya kurang tahu pasti ?Tapi jelasnya, disitu…saya mengamati banyak pohon jati,cemara,dan beberapa rotan merambat di pohon-pohon lainya.

Berbekal biji-biji kenari, yang sedang berlomba me-mucuk itu.Dan beberapa kantong plastik,dan sebilah parang, juga cangkul, maupun tembilang.Setelah menguraikan maksud saya,akhirnya diberi izin oleh penjaga hutan disana, untuk melanjutkan misi saya : menanam pohon kenari di hutan lindung Buton,di bahu jalanya.

Selesai,mengisi kantong-kantong plastik ,yang berpetak-petak benih, yang saya susupi biji bertunas itu,dibelakang pos penjagaanya. Saya pun berpesan,”Kalau sudah tumbuh…kira-kira bisa dipindahkan benih nya.Saya akan kesini lagi.”

Entahlah…?

Pada akhirnya saya tidak sempat lagi me-nengok benih-benih itu. Saya sudah keburu kembali ke Kalimantan.Semoga ada yang sepemikiran dengan saya,melanjutkanya(*)

Nyiur Melambai Di Bukit Bengkirai

20160605_142442
Panorama Bukit Bengkirai,Samboja,Kutai Kartanegara,Kaltim(Foto arman jaya)

SUDAH BEBERAPA kali saya menyambangi hutan ini : perbukitan yang menjulang pohon-pohon dan ditumbuhi ‘shorea roxburghii‘, bengkirai gedhe .

Inilah kawasan wiasata alam,di hutan konservasi.Yang tersisa di wilayah kerajaan tertua, di Nusantara, Samboja, Kutai Kartanegara,Kalimantan Timur.Setelah kian puluh tahun ekploitasi emas hitam, perambahan hutan ladang perkebunan kelapa sawit,hingga illegal logging yang terus mengancam kelestarian hutan Borneo.

Kian banyak masyarakat, yang selera makanya tergantung pada minyak goreng.Kian bertambah pula penderita : diabet,kolestrol,dan obesitas.Permintaan pasar akan minyak goreng begitu tinggi,sehingga mendorong pemodal : melirik bidang usaha agro ini,pengusaha pemilik perkebunan kelapa sawit pun,terus menggenjot produksi cruide palm oil(CPO)nya.

Saat harga batubara sedang buruk-buruknya.Memang,banyak pemodal beralih ke perkebunan sawit ini.Sasaranya : banyak lahan-lahan yang dulunya; pucuk hijau melambai-lambi di atas perbukitanya.Menjadi rumah aneka sastwa liar dan orang utan.Kini sudah bermetamorfosis menjadi nyiur melamba-lambai dari tanaman  sawit.

20160605_141805
Bukit Bengkirai-Samboja-Kukar

Pada lembah-lembah nan perbukitan hutanya, terus terjadi perambahan,pengupasan.Bahkan di ‘clearing’ sampai botak.Lalu di tanami kelapa sawit.Beribu-ribu hektar luasnya, isinya : sawit semua.Atau berjuta-juta hektar hutanya,kini sudah hilang.Sisa reklamasi atau lubang-lubang bekas penambang.

“Ada ratusan hektar lahan, kawasan hutan, yang saat ini sudah diambil kayunya,”ungkap penjaga canopy bridge(jembatan tajuk), yang tidak mau disebutkan namanya itu kepada saya.

BeautyPlus_20160605215122_save
Canopy Bridge-Bukit Bengkirai

Beginilah jembatan tajuk pertama di Indonesia,dan hanya ada dua di asia;satu di Malaysia,bagian Kinabalu.Dan termasuk kedelapan di dunia.Memang jembatan tajuk model ekstrim begini, hanya cocok di hutan tropis.Tidak bisa sembarang pohon atau serampangan hutan.Struktur tegak kekokohan kayunya, juga harus dilihat.Utamnya ketahanan batang pohonya.Harus kuat sekali dari terpaan angin.Pun konstruksinya di AS.Oleh orang-orang yang memang sudah ahli di konstruksi bridge.

BeautyPlus_20160605202146_save
Jembatan Tajuk-Bukit Bengkirai

Misalnya saya berada di atas,lalu melihat kebawah,duh…bergidik juga kedua dengkul saya,termasuk sekujur tubuh ini.Tinggi sekali (30 meter) dari permukaan tanahnya.Saya merengkek-rengkek ,tertatih-tatih menyusuri jembatan tajuk, yang menghubungkan 5 pohon bengkirai itu.Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.

Desiran angin di bawah pucuk hijau pepohonan bengkirai itu ,terus mengayun-ayun kan jembatanya.Kadang hempasan anginya, yang kurang bersahabat.Merekahkan kesejukan tiada tara.Batang pohonya terus bergencetan,silih ganti berdecit-decitan.

20160605_135650
Canopy Bridge

Sebangsa hewan-hewan primata ;owa-owa,beruk,lutung merah,monyet ekor panjang,babi hutan,bajing terbang,rusa sambar,juga aneka burung,salah satunya enggang,sering bersahutan disini.Serta banyak sekali tumbuh liar jenis anggrek.Misalnya anggrek hitam,anggrek jenis apple blossom,vanda,dan anggrek kala tumbuh dengan liaranya.Alamiah.Menandakan hutan tropis Borneo, penuh dengan kehidupan satwa liar yang terjaga.

Tidak lupa saya mengabadikan moment ini dengan memotret,seraya terus berdiri termanggu-manggu,menatap hutan yang penuh pesona.Mengamati panorama hutan yang hijau sepanjang jangkuan mata.

BeautyPlus_20160605235413_save
Saya terpanah pada panorama hutan tropis ini

Reranting yang berpucuk hijau, melambai-lambai sepanjang jangkauan mata.Sungguh merupakan panorama hutan tropis yang luar biasa takjubnya.

Kawasan hutan yang di dominasi pohon bengkirai ini,menjadi maskot obyek wisata mendunia.Batang pohon nya memang tinggi-tinggi,hingga mencapai ketinggian 45-50 meter.Dengan diamter 2.5 m.Dan telah berusia lebih kurang 150 tahun.Setua pohon, di Kebon Raya Bogor.

20160605_141801
Pucuk-pucuk hijau melambai di bukit bengkirai

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Komoditas kelapa sawit(Elaeis guineensis) ini.Yang sekarang kita konsumsi minyak gorengya itu.Yang berada dibalik kerusakan hutan Kalimantan-Sumatra sana.Memang sudah masuk di negeri ini, sejak 1848.Dibawah oleh orang Belanda.Yang kemudian menanaminya di Kebon Raya Bogor.Di KRB lah titik awal tumbuhnya kelapa sawit ini.Hingga digandakan bibitnya sampai tersebar luas ke daratan negeri Jiran.Hutan Kalimantan, seperempatnya kira-kira sudah ditanami tumbuhan ini.

Ancamanya,beberapa tahun terakhir misalanya.Banyak orang utan di Kalimantan kian terancam.Hidup terkatung-katung.Dan gajah di Sumatra banyak di buruh karena masuk ke perkebunan-perkebunan sawit.Sungguh memprihatinkan, ditengah kian banyaknya hutan terus terturah karena alasan memenuhi hastrat manusia: menginginkan materi.Alam rusak.Dan hewan-hewan kehilangan habitatnya.

Tanaman yang aslinya berasal dari Afrika Selatan ini.Di-ekstraksi minyaknya, dari tandan kecil biji-biji buahnya.Jadilah minyak goreng.Ampas dari bijinya, diolah lagi.Jadilah detergent atau sabun.Dan di olah lagi , maka jadilah margarine.Terus di olah lagi,jadilah pasta gigi.Pelepahnya jadi sikat gigi .Memang suku palem-paleman ini bermanfaat semua.Tidak ada yang dibuang.Bahkan pelepahnya bisa jadi pakan ternak.

Seperti di kutip Forest Watch Indonesia(FWI),tahun 2000,produksi kelapa sawit dunia mencapai 21,8 juta ton.7 Juta ton(32 %) berasal dari Indonesia.

Kini,Indonesia menjadi pemasok kelapa sawit terbesar dunia.Saya lihat di media nasional ,hampir ribuan perusahaan perkebunan di Kalimantan misalnya : ada investor India,Cina,Malaysia,Singapore,dan beberapa negara asia lainya.Yang bergerak di sektor perkebunan sawit ini.

Memang ini bukan yang pertama sebagai dampak kerusakan hutan di Borneo.Sebelumnya juga begitu banyak bertebaran perusahaan-perusahaan penambang.Semisal kalau kita naek penerbangan udara.Banyak sekali kubangan bekas areal pertambangan yang menjadi lubang-lubang besar di dalam hutanya.

Kutai Kartanegara,sebagai wilayah yang paling paling luas di Kaltim.Tersisa bukit Soeharto sebagai kawasan hutan lindungya.Yang masih ada.Tapi,duh……. didalamnya sudah banyak yang dikupas juga.Sudah banyak yang gundul.Pertambangan secara legal maupun illegal.Marak terjadi di Kalimantan Timur.Sudah terlalu kebablasan.

Memang,sektor pertambangan batu bara,perkebunan sawit,perkebunan hutan tanaman industri(HTI),dan perminyakan.Sekian lama menjadi primadona di Kaltim.Sehingga menjadi penyerap tenaga kerja terbanyak di empat sektor itu.Baru kemudian jatuhnya harga batu bara nasional beberapa tahun terakhir ini.Lalu begitu banyak yang terpukul.Tapi ini hanya sementara saja.

Hutan lindung di perbukitan bengkirai,Samboja,Kutai kartengara .Menjadi satu-satunya aset daerah itu yang bernilai saat ini.Punya potensi pariwisata yang tidak dimiliki daerah lain di negeri ini.Jangan sampai menggunakan segalah dalih & topeng-topengan,atau kucing-kucingan misalnya.Lantas menurah hutanya.Utamanya pembalakan liar masih sering terjadi dikawasan hutan tropis ini.

Kalau hutanya sudah rusak.Dan pohon-pohon itupun kian hari terus berkurang.Tentu saja :10 hingga 20 tahun akan datang.Tak ada lagi pucuk dicinta nan hijau yang melambai-lambai.Anak cucu, hanya akan kita wariskan legenda.Atau mitos-mitos,cerita rakyat.Bahwa dulu Kalimantan pernah menjadi paru-paruh dunia.Dan kini hanya berganti nama : menjadi ladang-ladang sawit dan bekas-bekas reklamasi.Atau lahan-lahan gundul yang hanya menjadi kubangan air(*)

Sederet Rentetan Perjalanan Hidup

 

“Menyadarkanku betapa kematian itu dekat sekali”

30 Juli 1983,Ayah & Ibu sah menikah, di hari yang amat bersejarah bagi keduanya.Termasuk bagi saya.Pasangan dua sejoli itu, lalu kawin.Beribu-ribu sel sperma berjuang.Bakal arman jaya menang.Dan berhasil menembus sel telur,setelah bekerja keras, dalam kegelapan tuba falopi seorang bunga desa.

9 Bulan, lebih sehari kemudian..

1 April 1984,pukul 10:15 am.Pagi menjelang siang, Waktu Indonesia Tengah

Di sebuah desa terpencil,di Matombura,Kab Muna,Sul-tra,pada hari Ahad.Beberapa orang baru saja pulang dari pasar,Bone.Tampak bunyi kayu-an sepeda penduduk berseliweran satu-dua, di jalan-jalan kampung yang sepi.Sesekali terdengar bunyi kring…!kring….!

Burung-burung kepodang emas ,’Wangkuworio’ bernyayi merdu,pada reranting pepohonan yang menaungi gubuk tua berlantai sederhana .Seorang ‘baby‘ terlahir selamat.Setelah berselonjor keluar rahim seorang Ibu muda,17 tahun.

“Bluk…..,”berdebum tubuh arman jaya kecil,di lantai.Seraya merengek-rengek.10 Menit berlalu,datanglah seorang Ibu paruh baya,dukun beranak atau disebut ‘sando‘dikampung itu.

Disepakatilah ” arman jaya”menjadi nama,yang akan diletakan pada seonggok bayi.Yang masih merah itu.Sorenya setelah ayah seharian, di hutan menebang pohon.

1987,Ayah & Ibu pisah ranjang,berujung cerai.
1990, Ibu membangun bahtera rumah tangga baru,bersama lelaki muda di kampung itu.
1991,Arman kecil masuk SD, di desa yang sama.

1993,(Warning kematian pertama !) Arman kecil ketendang pangkal pohon asam hutan’ghampo-ghampo’.Yang batang pohonya saling meliliti.Berhimpitan.Sebesar paha orang dewasa.Yang di tebanginya sendiri pula. Untuk gelagar’tatakan’ jamban keluarga.Yang digalinya bersama 2 bocah lainya .Dan tinggal menunggu batang gelondongan itu,WC-nya kelar.Tendanganya keras sekali.Pangkal tumpul, pohon berdaun lebat itu,bahkan sempat berdiri tegak, tepat di atas paha kanan.Saya terjungkal melengking,meringkik-ringkik kesakitan.Membekas hitam.Kencing darah sepekan.Sembuh.Setelah ditangani tukang urut, kampung.

1997,menyelesaikan pendidikan dasar.Mendaftar di SMPN 2 Tongkuno,Lawama.
2000, tamat SMP,mendaftar di SMA 3 Raha.

2001, (Warning kematian kedua !!)kepala saya kurang lebih sejengkal,dari balok seukuran batang kelapa ,yang tiba-tiba terjatuh dari langit-langit rumah,di perumahan guru,Matombura.

2002,(Warning ketiga, maut kembali mengintai ) 10 hari tergolek dikamar tidur,di Raha.DBD & Tipes.Setelah sepuluh hari tak kunjung sehat,baru kemudian dipapah ke RS Umum Daerah, Raha.Sembuh.Pindah sekolah,kembali mendaftar di SMAN 1 Tongkuno.

2003,tamat SMA,test Tentara di Ujung Pandang.Gagal total.
2004, ke Kalimantan.Merantau. Kerja serabutan,ngulih bangunan.
2005,office boy,di CV.Cakra Engineering
2006,bekerja sebagai buruh tambang,di perusahan gabungan Korea Indonesia Mining Company(KIMCO),di Separi,Tenggarong,Kukar.

2007,magang sebagai montir, di Ford diller,3 Bulan.Di terima sebagai karyawan.
2008,mendaftar kuliah,di Universitas Balikpapan,jurusan Sastra Inggris.
2010,menikah di Balikpapan.2 Bulan terpaksa cerai.
2011,’resigned‘dari Ford diller.Bendera CV.Arman Jaya berkibar.
2012,menikah lagi di kampung, Matombura,Muna.Hampir 2 tahun, akhirnya cerai.
2014,menikah untuk ketiga kalinya,di tanah Jawa.’Hamdallah….’Menyempurnakan pendahulunya.Sudah,cukup.

2015,kembali ke Kalimantan Timur,di Samarinda, tinggal dibantaran sungai Mahakam.Merajut asa dari nol, bersama sang istri tercinta.
2016,bekerja di Balikpapan,di sebuah bengkel ‘auto bodypaint’ :Dian Citra, hingga kini.

Tak terasa…..lebih kurang sepekan lagi(1/4/17),usia saya menginjak 33 tahun.Belum punya anak.Masih terus berdua istri.Tapi,ini persoalan tentang keteguhan dan kesabaran saja.Kami berdua masih tetap optimis.Sebagaimana 3 pintu mendekati maut juga berhasil saya lampaui.Demikian juga 3 kali menikah,baru kemudian ” the real woman”.Yang benar-benar dikatakan jodoh itu datang.Saya telah menemukanya.

Dari cairan yang hina.Betapa terhinanya saya di mata Tuhan, ternyata?Dari mana saya berasal?Dan,akan kemana saya nantinya?Hidup harus terus berjalan.”Tak boleh kalah!”Jangan menyerah!!”

Dalam kelapangan dada.Bersungguh-sungguh pada ketetapan hati.Bersama keteguhan niat yang tulus,agar selalu gigih : bahwa hidup ini harus diperjuangkan.

Maka sayapun bertekad,akan memanfaatkan sisa umur ini sebaik-baiknya.’Istiqomah‘. Dan tak mau menyia-nyiakanya, se-dikitpun(*)

Senandung Rindu Ala Dian Pisesha

Musik katanya “cerminan dari keindahan atau bahkan keburukan dari dunia ini”.Nada-nada (syair) mutiara cintanya, atau seni berkata-katanya.Bahkan mempunyai kekuatan untuk mengubah(melelehkan) perasaan seseorang.Terbuai dalam lena,rinai mata limburi.

Mari kita hayati dengan saksama,tembang lawas berikut ini.Meski tembang melayu berkategori cengeng.Tentu saja musik itu,”ketika menyentuh Anda,tidak akan ada rasa sakit,”kata Bob Marley

TAK INGIN SENDIRI
Vocal : Dian Pisesha

Aku masih seperti yang dulu
Menunggunmu sampai akhir hidupku
Kesetiaanku tak luntur
Hati pun rela berkorban
Demi keutuhan kau dan aku

Biarkanlah aku memiliki
Semua cinta yang ada di hatimu
Apa pun kan kuberikan
Cinta dan kerinduan
Untukmu dambaan hatiku

[Reff:]
Malam ini tak ingin aku sendiri
Kucari damai bersama bayanganmu
Hangat pelukan yang masih kurasa
Kau kasih? kau sayang?

Musik memang memberi jiwa pada alam semesta ini menjadi hidup.Tidak gersang. Memberi sayap pada akal,dan menerbangkan imajinasi.

Maka, bahasa universal manusia adalah musik.Musik merupakan bahasa jiwa.Yang lebih tinggi dari segala kebijaksanaan, dan filosofi.

#Selamat Hari Musik Nasional,Rabu,9 Maret 2017

Foto Arman Jaya.

Setelah Hutan Jati Tinggal Gundulnya

“Selamatkan Hutan,akan menyelamatkan sumber Air.Selamatkan bumi,akan menyelamatkan kehidupan kita”-arman jaya-

Siapakah yang terpukul atas gundulnya kebon jati, yang teduh-rindang pepohonanya menaungi desa-desa kami itu ?

Pertama, masyarakat yang hidup disekitaran hutanya. Kebon jati itu hilang keteduhan nan rindang pepohonanya.Tinggal gundulnya.

Tapi, itu hanya soal kesadaran yang memang harus menjadi pijakan perbaikan saja. Saat itu memang kemiskinan lah pangkal asbabun nuzulnya. Setelah sangat lama berada dibawah.

Kedua,estetika lingkunganya.Menjamurnya perusahaan swasta. Yang membuka industri-industri pengolahan kayunya di Muna, tanpa mempertimbangkan kelestarian, sumberdaya hutannya.

Nasib hidup didaratan kebon jati.Ketika kebutuhan kayu meningkat drastis, permintaan tak terbendung.Harga kian selangit.Produksi mengendur .Ancamanya : kebon rakyat yang setiap harinya saya lalui dengan mengayuh kaki saat kesekolah dulu (masa SMP) ,kini tinggal gundulnya.

Ketiga,vegetasi alam nya.Euforia reformasi.Tafsir implementasi otonomi daerah yang keliru.Telah menyebabkan ketidakpastian hukum. Dan kebijakan pengelolaan hutan di sana. Yang berakibat terjadinya percepatan degradasi. Dan kerusakan hutan jatinya.Setelah kerusuhan Mei 1998.

Padahal di daratan berkapur itu,jati tumbuh dengan suburnya : di lahan-lahan konservasi dan hutan lindung,misalnya.Balai penelitian kehutanan Sulawesi,di Makassar,menemukan beberapa keunggulan pada batang kayu jati Muna: kekuatan,kerapatan,kekerasan,bertekstur serat indah,batang yang lurus,dan fisik kimianya yang ‘OK’.

“Pendeknya,kayu jati Muna,serupa dengan pohon-pohon jati di Cepu,Jawa Tengah,”ungkap Suhendro(47),dikantornya dinas kehutanan Sulawesi Tenggara,seperti dilansir Kendari Pos(10/2/06).”Bedanya : warna kayu jati Muna sedikit lebih gelap, sedang jati Jawa, putih- terang,”sambungnya.

Jati di daratan Muna disebut ‘Kulidawa’.Menurut beberapa sumber terpercaya: jati yang asalnya dari Jawa.Ada yang bilang juga ;jati yang ditanam oleh kuli-kuli dari tanah Jawa.Saat Hindia Belanda melakukan eksploitasi dan tanam paksa di kawasan itu ,1913.

Dari versi yang berbeda, Jati Muna pertama kali katanya : ditanam oleh seorang tokoh masyarakat Muna. Yang bernama Paelangkuta, beberapa ratus tahun yang lalu itu.

Tak terlalu jauh dari pelabuhan Nusantara,Raha, Sulawesi Tenggara. Tepatnya di depan kantor Dinas Kehutananya. Menjulang sebuah Tugu nan kokoh. Yang mencakar langitnya .Berwarna putih dengan puncak berhias replika daun, kembang dan biji jati.

Berdirinya monumen itu,menegaskan bahwa Raha, ibukota Kabupaten Muna, pernah menjadi kebon Jati nya Sulawesi.

Saat ini,tegakkan pohon jati yang gedhe, sudah sangat sulit untuk menemukanya . Pun di pinggir-pinggir jalanya.Sudah habis.Tersisa yang tunggul-tunggul. Yang bertunas muda seukuran paha.Di pedalamanya tersisa: beberapa undak-undakkan sisa penebangan lama.

Hutan jati di sana,mungkin saja tinggal gundulnya. Pohon yang tinggi besarnya,tersisa di kawasan Cagar Alam Napabalano.Di daerah Tampo. Di sanalah terdapat sebuah pohon jati yang gedhe banget.Yang telah berumur beberapa abad itu.Saat saya masih sekolah di SMA 3 Raha,sering saya kesana.

Saat ini memang, sudah tidak ada yang tersisa dari tegakan pohon jati yang besar, di kawasan hutan Muna. Semuanya habis ditebang, dengan legal maupun ilegal.Tinggalah gundulnya.

Meski tidak sedikit petani disana,kini beralih memanfaatkan lahanya dengan berlomba-lomba menanam jati.Perlu 30 tahun baru kemudian bisa dipanen batangya.Ini investasi yang sangat lama.Separuh usia rata-rata dari manusianya.

Ya,buat anak cucu.Benar….Secara bisnis ditengah kian langkahnya ladang untuk bercocok tanam.Ini sangat tidak tepat.” Susah sekali untuk membuka ladang bertani sekarang,”ujar La Ganefo(41),ayah tiri saya.

“Diperkirakan 30 tahun kedepan,Muna akan bangkit kembali sebagai kebon jatinya Sulawesi,Indonesia,”pungkas ayah tiri saya itu dengan penuh percaya dirinya.

“Namun untuk santapan hari-hari ini,akan kesusahan,”pungkasnya.”Tanah-tanah garapan sudah diisi dengan jati semua,”tambah La Ganefo.

Sedihnya lagi katanya,jambu mete juga ikut dibabat habis.Sementara harga kacang mete dipasaran,akhir-akhir ini(2016)menyundul 25 ribu/perliter,bercangkang kering.

“Sayangya,kacang mete tahun ini gagal panen,”sambungya .Meski begitu… sebenarnya kebon jatinya juga berhektar-hektar.”Dan menunggu 30 tahunya itu,lama sekali,”tambah Ibu saya,Samsiar(58).

Suami-istri yang menjadi orang tua saya itu,sudah membangun mahligai berumah tangga;susah- senang sama-sama. Lebih kurang 25 tahun lamanya.Layaknya sebuah Bahtera(kapal nabi Nuh),seringkali mereka menghadapi rintangan banjir bah yang bergulung-gulung.Namum keduanya sudah bertekad akan bekerja sekeras-kerasnya.Tampaknya tidak sia-sia,saya lihat kebon jati dan pohon metenya ada beberapa hektar.

Pada 18 Tahun yang lalu.Tahun 2000-an, jauh sebelum masa itu.Dari Kota Bau-bau perjalanan ke kota Raha,tampak masih tegak menjulang pohon-pohon jati besar. Yang berdiameter 2 kali pelukan orang dewasa.

Sepetak hutan jati ‘kultir'(pembatas kampung Labasa dan Lianosa),begitu orang disana menamai hutan itu.Untuk kesekolah saya memang selalu melewatinya,begitupun ke kampug Ibu.

Biasa anak-anak pelajar SMP 2, jalan bergerombol di bawah terik matahari siang yang menyengat. Nuansa teduh dijalan yang membelah hutan ‘kultir’ itu,kini telah tiada.

Rindang pepohonanya.Jika mengayuh kaki 10-15 km,hilang rasa lelahnya.Sejuk banget.Subuh-subuh sekali misalnya,saat guratan mentari pagi baru saja terbit,kabut-kabut terasa dingin menusuk-nusuk jika saya memasuki hutan jati itu.

Saat kantong plastik belum diproduksi secara masal.Dan penduduk masih menggunakan dedaunan jati sebagai pembungkus,ikan pindang misalnya.Saya sering menerobos kebon jati milik rakyat itu.Sekedar memetik dedaunan hijaunya.Lalu,dijual kepasar.Bisa juga dibarter sama ikan.

Saya kadang memanggulnya kepasar bertumpuk-tumpuk.Agar tidak terlalalu mencolok,saya sengaja tidak menempuh jalan raya.Saya lewat jalan belakang rumah-rumah penduduk.

Kendaraan roda dua bermotor, belum begitu membludak seperti saat ini.Zamannya sepeda onta.Othel.Kumbang.Dan jenis sepeda jengki.Sedang gaul-gaulnya.Misalnya saya,baru kesampaian beli sepeda kumbang,saat musim panen raya jambu mete tahun 1998.

14 Tahun Kemudian

Saat pulang kampung 2012.Mata saya terbelalak.Kaget bukan main.Kebon-kebon jati milik rakyat .Yang ditanam atas jerih payah para leluhur kampung itu,kini sudah berubah. Menjadi ladang-ladang jagung dan ketela.Terakhir Desember 2016 kemarin saya pulang lagi,’Mohamma……!!
Tinggal gundulnya….!?

Duh…..!Hanya ada gulma.Diantara tungkul jati tua.Dan beberapa mahluk yang seksi-seksi berseliweran.Saya lihat beberapa ekor sapi merumput disitu.Yang dulu pernah ada kebon jatinya.Dan kini tinggal gundulnya.

Mana revitalisasi penghijauanya?
Bagaimana,misalnya,upaya dinas terkait(yang memiliki wewenang)dikampung itu,agar mengembalikan keteduhan tanah negara yang sudah digunduli jatinya?

Dibangun taman-taman tematik yang mempercantik sebuah kecamatan? Atau simbol daerah. Yang ikonik misalnya?Pokonya area publik yang hijau-hijau lah.Yang kalau dipandang mata. Indah sekali.(*)

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan

Komentari

Sang Pencerah : Jalani Hidup dan Amalkan-lah Ilmu

                       “Ilmu itu teori .Dan amal adalah prateknya”-KH.Ahmad Dahlan

Jumat,3 Maret 2017,12:15 pm

Disebuah Surau, dikaki bukit sebuah distrik, diperumahan yang tak terlalu padat,di Balikpapan,Kalimantan Timur,Indonesia.Sudah terlalu sering saya mengalami ini :
pergi sandal jelek,pulang dapat sandal mentereng.Adakalanya juga : pergi sandal mantap,pulang kerumah sandalnya, jelek.

Sudah 3 kali hari jumat saya melakukan begini.Dan tidak ada seorang pun jamaah,disurau itu yang tahu.Kecuali yang datangya saat azan sudah berkumandang,tergiang-ngiang syahdu ditelinga umatnya.

Jepret…! Jepret….!Jepret…..!Bunyi kamera ponsel.Saya menoleh,oh ya…ada seseorang(tdk mau disebutkan namanya).Saya hanya pesan,”kalau bisa gambarnya dibagi,tolong di ‘WA’,catat no saya !!,”perintah saya.

Ada 3 pintu masuk disurau itu : pintu utama(samping) sebelah utaranya,pintu kedua bagian selatanya(samping).Dan pintu ketiga (belakang),diarah timurnya.

Semua sandal-sandal di ketiga pintu itu, saya pastikan sudah berjejal rapi,sebelum azan kedua(khotbah) dimulai.Memang ada saja,yang tidak suka dengan cara saya ini,kadang sengaja di acak-acakkin lagi.Tapi saya sudah bertekad : saya harus banyak menabur kebaikan.Dan saya tidak ingin hanya menebarnya melalui tulisan.Saya harus praktek(mengamalkanya).Dan tidak mau menyerah.

Saya juga sudah bertekad dengan niatan yang sungguh-sungguh mendalam dijiwa saya:

di masjid manapun,saya akan melakukan begini.Saya tidak ingin disanjung atau yang sebangsanya itu.Saya hanya ingin melakukan sebuah kebaikan,meskipun sekecil-kecilnya.Dengan begini; barangkali tidak ada lagi alas kaki yang tertukar.Atau saya, tak lagi membawa pulang kerumah alas kaki yang lebih mantap,ketimbang yang saya bawah.Atau sebaliknya misalnya.Dan lebih penting banget : para jamah disitu, begitu mudah sekali menemukkan alas kakinya.Tidak perlu lagi misalnya : mencari-cari,membolak-balik ; ini punya siapa? Itu punya saya?

Intinya mereka senang. Saya pun bahagia melakukanya.Dan akan terus begini,disurau  mana saja(*)

 

Foto Arman Jaya.

 

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑