Sederet Rentetan Perjalanan Hidup

 

“Menyadarkanku betapa kematian itu dekat sekali”

30 Juli 1983,Ayah & Ibu sah menikah, di hari yang amat bersejarah bagi keduanya.Termasuk bagi saya.Pasangan dua sejoli itu, lalu kawin.Beribu-ribu sel sperma berjuang.Bakal arman jaya menang.Dan berhasil menembus sel telur,setelah bekerja keras, dalam kegelapan tuba falopi seorang bunga desa.

9 Bulan, lebih sehari kemudian..

1 April 1984,pukul 10:15 am.Pagi menjelang siang, Waktu Indonesia Tengah

Di sebuah desa terpencil,di Matombura,Kab Muna,Sul-tra,pada hari Ahad.Beberapa orang baru saja pulang dari pasar,Bone.Tampak bunyi kayu-an sepeda penduduk berseliweran satu-dua, di jalan-jalan kampung yang sepi.Sesekali terdengar bunyi kring…!kring….!

Burung-burung kepodang emas ,’Wangkuworio’ bernyayi merdu,pada reranting pepohonan yang menaungi gubuk tua berlantai sederhana .Seorang ‘baby‘ terlahir selamat.Setelah berselonjor keluar rahim seorang Ibu muda,17 tahun.

“Bluk…..,”berdebum tubuh arman jaya kecil,di lantai.Seraya merengek-rengek.10 Menit berlalu,datanglah seorang Ibu paruh baya,dukun beranak atau disebut ‘sando‘dikampung itu.

Disepakatilah ” arman jaya”menjadi nama,yang akan diletakan pada seonggok bayi.Yang masih merah itu.Sorenya setelah ayah seharian, di hutan menebang pohon.

1987,Ayah & Ibu pisah ranjang,berujung cerai.
1990, Ibu membangun bahtera rumah tangga baru,bersama lelaki muda di kampung itu.
1991,Arman kecil masuk SD, di desa yang sama.

1993,(Warning kematian pertama !) Arman kecil ketendang pangkal pohon asam hutan’ghampo-ghampo’.Yang batang pohonya saling meliliti.Berhimpitan.Sebesar paha orang dewasa.Yang di tebanginya sendiri pula. Untuk gelagar’tatakan’ jamban keluarga.Yang digalinya bersama 2 bocah lainya .Dan tinggal menunggu batang gelondongan itu,WC-nya kelar.Tendanganya keras sekali.Pangkal tumpul, pohon berdaun lebat itu,bahkan sempat berdiri tegak, tepat di atas paha kanan.Saya terjungkal melengking,meringkik-ringkik kesakitan.Membekas hitam.Kencing darah sepekan.Sembuh.Setelah ditangani tukang urut, kampung.

1997,menyelesaikan pendidikan dasar.Mendaftar di SMPN 2 Tongkuno,Lawama.
2000, tamat SMP,mendaftar di SMA 3 Raha.

2001, (Warning kematian kedua !!)kepala saya kurang lebih sejengkal,dari balok seukuran batang kelapa ,yang tiba-tiba terjatuh dari langit-langit rumah,di perumahan guru,Matombura.

2002,(Warning ketiga, maut kembali mengintai ) 10 hari tergolek dikamar tidur,di Raha.DBD & Tipes.Setelah sepuluh hari tak kunjung sehat,baru kemudian dipapah ke RS Umum Daerah, Raha.Sembuh.Pindah sekolah,kembali mendaftar di SMAN 1 Tongkuno.

2003,tamat SMA,test Tentara di Ujung Pandang.Gagal total.
2004, ke Kalimantan.Merantau. Kerja serabutan,ngulih bangunan.
2005,office boy,di CV.Cakra Engineering
2006,bekerja sebagai buruh tambang,di perusahan gabungan Korea Indonesia Mining Company(KIMCO),di Separi,Tenggarong,Kukar.

2007,magang sebagai montir, di Ford diller,3 Bulan.Di terima sebagai karyawan.
2008,mendaftar kuliah,di Universitas Balikpapan,jurusan Sastra Inggris.
2010,menikah di Balikpapan.2 Bulan terpaksa cerai.
2011,’resigned‘dari Ford diller.Bendera CV.Arman Jaya berkibar.
2012,menikah lagi di kampung, Matombura,Muna.Hampir 2 tahun, akhirnya cerai.
2014,menikah untuk ketiga kalinya,di tanah Jawa.’Hamdallah….’Menyempurnakan pendahulunya.Sudah,cukup.

2015,kembali ke Kalimantan Timur,di Samarinda, tinggal dibantaran sungai Mahakam.Merajut asa dari nol, bersama sang istri tercinta.
2016,bekerja di Balikpapan,di sebuah bengkel ‘auto bodypaint’ :Dian Citra, hingga kini.

Tak terasa…..lebih kurang sepekan lagi(1/4/17),usia saya menginjak 33 tahun.Belum punya anak.Masih terus berdua istri.Tapi,ini persoalan tentang keteguhan dan kesabaran saja.Kami berdua masih tetap optimis.Sebagaimana 3 pintu mendekati maut juga berhasil saya lampaui.Demikian juga 3 kali menikah,baru kemudian ” the real woman”.Yang benar-benar dikatakan jodoh itu datang.Saya telah menemukanya.

Dari cairan yang hina.Betapa terhinanya saya di mata Tuhan, ternyata?Dari mana saya berasal?Dan,akan kemana saya nantinya?Hidup harus terus berjalan.”Tak boleh kalah!”Jangan menyerah!!”

Dalam kelapangan dada.Bersungguh-sungguh pada ketetapan hati.Bersama keteguhan niat yang tulus,agar selalu gigih : bahwa hidup ini harus diperjuangkan.

Maka sayapun bertekad,akan memanfaatkan sisa umur ini sebaik-baiknya.’Istiqomah‘. Dan tak mau menyia-nyiakanya, se-dikitpun(*)

Tinggalkan komentar

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑