Dulu Belajar Sekarang Alumni

cropped-17125005_1618848504797988_1598316239_n.jpg
__armanjaya__

“Basic yang paripurna untuk belajar bisnis onderdil adalah dimulai dari menjadi seorang karyawan diller.Menceburri diri dibengkel umum adalah mempertajam ke-ilmuannya.Maka sempurna-lah skill-mu.Setelah itu : tanyai diri Anda; Mau tetap menjadi ekor diperusahaan orang lain?Atau menjadi  kepala di bisnis sendiri?Pikirkan dan pertimbangkan!”

Dulu satu merek.Sekarang All brands.Dulu tahu-nya: Ford.Sekarang: semua merek.

Skill memang selalu berubah.Mengikuti arus dinamika.Dan juga angin perubahan.Dan skill memang selayaknya diper-tajam .Harus sering di asah.Sebongkah baja yang sudah berkali-kali ditempakan;makin ditempa bajanya makin menipis jadi-nya dan makin tajam.Begitulah kira-kira filosofi orang yang selalu menjadikan dirinya pembelajar.

Dulu: belajar.Sekarang:Alumnus.Tiga tahun di SMA.Tiga tahun serabutan.Lima tahun di diller.Empat tahun di bengkel.Saya anggap itu semua kuliah di universitas kehidupan.Fakultas ragam skill. Jurusan multi talenta.Beragam ke-ahlian bertahan hidup yang praktis dan murah sekali: bisa nyapu-nyapu.Bisa ngangkat-ngangkat.Bisa nyetir mobil.Bisa membantu survei pengukuran di pertambangan.Bisa jualan kelontong.Bisa dagang dipasar loak.Dan masih banyak lagi.Yang kalau diminta apa saja: Ya, saya siap.Saya bisa mengerjakannya.Asal tidak menyangkut unsur pidana; siap laksanakan.Itulah prinsip yang demikian lama saya tanamkan.Telah lama Saya pahamkan.

Memang saya pernah mengikuti seleksi calon Tamtama di TNI.Memang saya pernah serabutan kulipanggul dan juga bangunan.Memang saya dahulu Officeboy di perkantoran.Memang saya dulu kuliah di bangkuk universitas;Sastra Inggris.Dan bukan suatu kebetulan: saya mulai mengenali dunia otomotif dan kian jatuh cinta dengannya.Belajarnya di diller ford.Ford nama brand-nya. Prodaknya: kendaraan roda empat.Dari Amerika.

Dan,dan,memang saya juga pernah mengibarkan bendera usaha sendiri: CV.Armanjaya namanya.Sukses.Setelah itu saya jatuh.Saya terjungkal.Gagal total.Dan saya belum lagi bangun.Dan baru akan.

Sebelaskali saya jatuh.Duabelaskali saya harus bangun.Sebelaskali saya sudah mencoba.Keduabelaskali: harus sukses.Sampai bisa…!Harus bisa…..!…dan pasti bisa!

Seorang akan dikatai periset hebat; manakala bidang penelitiannya itu sudah dilakukannya berulangkali–baru mendapatkan hasil riset sempurna yang sudah teruji.Selayaknya ia mendapatkan hak paten dari bidang ke-ilmuannya itu .Hak pengakuan itu tentu saja datang dari pihak lembaga yang mendanai atau men-sponsori penelitian ke-ilmuan-nya.

Sudah  terlanjur basah,ya sudahlah,sekalian nyemplung saja.Saya mulai menggeluti dunia suku cadang sejak hari itu.Sejak ketika pertama kali mulai mengenalnya di suatu pagi yang tidak cerah juga tidak mendung.Tapi hati memang  sedang galau. Juga gunda-gulana.Pikiran tak bertentu arah.Entah kemana?

Matari pagi  itu sedang bersahabat.Mendung yang baru saja enggan menurunkan hujannya,sekejap menjadi cuaca yang sangat-sangat bersahabat sekali.Saya diterima magang di diller Ford dibagian montir-nya.Selangberapa lama: saya diposisikan di parts storage.Bagian gudang.Mengisi kekosongan yang baru saja lowong—setelah ditinggal pergi oleh salah satu stafnya.

Sejak hari yang bersahabat itu hingga lebih –kurang sepuluh tahun lamanya; saya sudah menggeluti dunia onderdil.Kian saya selami ke pedalamannya kian menarik dan kian jatuh cinta dibuatnya.Saya dibuatnya klepek-klepek .Bahkan merobah segala-nya  360 derajat peta hidupku.Syukur Allhamdullilahnikmat Tuhan mana lagi akan saya dustakan.Sujud syukur-ku pada Illahi Robbi tak henti-hentinya ku-dendangkan pada setiap berdoa malamku.

Jika di diller saya digodok mengenai dasar-dasar pengetahuan bisnis onderdil.Maka di bengkel saya ditempai berbagai mekanisme bisnis oderdil multibrand.Pokonya bagaimana bengkel bisa  jalan dan tetap  memiliki profit dari hasil penjualan sparepart.Tidak boleh tidak!,“karena setiap pembelian satu item onderdill; modalnya tidak sedikit,tegas pak bos sewaktu menginterpiuku saat petama kali akan masuk kerja di bengkel itu.Di diller belajar satu merek yang sama.Di bengkel ditempa dengan bervariasi mereknya.Sedang bekal atau ukuran kemampuanku ketika itu: baru tahu satumerek; Ford.Saya paksai ;saya yakinni; pasti bisa; dan memang bisa.Allhamdulillah.

Dulu tahu-nya: Ford.Setelah di bengkel tahu-nya: Multi.Mau besutan Eropa? Jepang? Korea? China? Dan masih bebeberapa merek?Yang sebangsanya teknik otomotif.Yang masih bergerak dibidang serupa.Yang kalau dihubung-hubungkan masih ada sangkut-pautannya dengan purnajual suatu kendaraan atau teknik mechanical-engineering.Baik itu roda empat,roda dua,perkapalan,dan burung besi sekalipun.Intinya: semua moda transportasi darat,air,dan udara.

Atas dasar semua skill itu, maka lahirlah  keinginan untuk menggarap sebuah bidang usaha  sendiri–begitu terbuka dengan  lebarnya.Lebih kurang sepuluh tahun ini: ada dua pertanyaan melayang –layang di benak fikiranku.Sebelumnya yang masih mengawang-ngawang–tepat lima sentimeter diatas dahiku.Tapi kini: semakin mantap gilang-gemilang.Dan fikiranku sudah tak lagi lonjong.Kini telah ber-metamorfosis  menjadi bulat.Bulat.Tidak lonjong dan semakin bulat.

Pertaanyaan itu senantiasa menghantui saya kemanapun dan dimanapun.Tidak bersalah  merasa berdosa.Berdosa dan bersalah itu,sudah,serasa-samarasa yang telah di mixer  dalam blender bersamaan.Begini pertanyaan  gila itu.Yang amat pendek itu:

Pertama : mau  ber-karir setinggi langit hingga ke-level puncak dengan hanya menjadi ekor di perusahaan orang lain dan tahu-tahu; usia kian senja bahkan makin tua?

Kedua : berani dengan segala risiko yang ada,misalnya: mengambil keputusan paling pahit; resign lalu ber-wiraswasta.Intinya: berani gagal? berani segala-gala dalam artian menerima segala konsekuensi yang lebih pahit dari pil kina sekalipun.

Pertanyaan yang kian menghantui itu memang bermacam-macam.Misal; takut tidak bisa memberi nafkah seperti sediakala yang sudah-sudah.Sudah dipatok rutin perbulan upahnya.Yang kalau dihitung-hitung serba berkecukupan untuk sekedar membuat dapur tetap mengepulkan asapnya setiap bulan?Kuatir gagal atau merugi eksekusi bisnisnya? Kalau-kalau ditipu atau tertipu? Ya,namanya juga dagang.Siap laba berarti juga siap merugi.

Sudah kulayangkan surat resign ke-tempatku saat ini mengumpulkan pundi-pundi rupiah.Bersamaan dengan itu juga sudah kusodori siapa penggantiku kelak yang paling kompeten untuk pekerjaan itu.Untuk posisi itu.Saat surat resign terbaca oleh si Ibu Bos.Ia pun :

“Kamu sudah yakin,Man?,”sindir si Ibu bos(50 tahun) kearahku sedikit kaget dan tiba-tiba.

“Tiga bulan yang lalu saya sudah mem-pertimbangkannya bersama istri,Bu!”

“Mau kemana ?”

“Tidak mena-mana,Bu!”

“Lalu,untuk apa resign?”

“Sudah ku-uraikan di surat itu,bahwa, saya akan melanjutkan cita-citaku yang dahulu itu ;membuka usaha sendiri,Bu!”ujarku pelan sambil menunduk bersilang tangan bak seorang pramusaji.

Alih-alih si Ibu Bos menukikkan senyumnya.Dan :

“Tidak masalah,Man,itu cita-citamu bagus selama saya dibantu terlebih dahulu  kesiapan yang bisa menggantikanmu,”mohonnya padaku serius berwajah pasi.

Secara pendapatan selama ini kami memang sudah lebih dari cukup kebutuhannya.Terpenuhi keinginanannya.Orang lain bisa melahap nikmatnya Pizza-Hut.Kami pun bisa merasai hangatnya Mc-Donald.Orang lain dapat bersantap-ria di restoran moderen.Kami sekeluraga juga sudah menyantap nikmatnya makanmalam di Solaria.Saya dapat membeli buku-buku berkualitas.Istri saya dapat dapat beroleh pencil alis dan gincu yang sedikit agak menornya.

Ya,kira-kira pendapatan saya memang tidak besar.Tapi juga tidak kecil hanya untuk sekedar menikmati hotel berbintang lima dan liburan dengan fasilitas LUX  setahun sekali.

“Mau usaha apa rencana?,”selidik si bos cowok,55 tahun,ingin tahu lebih jauh rencana selepas saya resign.

“Apa saja selama mendatangkan profit,pak!”Sahutku lembut  harap-harap cemas  berair muka optimis.

Meski sudah dibuai dengan penghasilan  yang tidak begitu besarnya. Juga tidak  begitu kecilnya itu.Untuk melukiskan rasa bersyukur  itu: maka saya putuskan dan memang sudah bulat ingin resign.Ungkapan itu berkali-kali saya utarakan  pada kedua bos saya di perusahaan .Mereka pun akhirnya memahami.Meng-iya-kan.

Sebelumnya,kandidat yang saya sodorkan adalah: memiliki basic yang serupa denganku–saat awal-awalnya kubergabung di bengkel itu dahulu.Tapi sebab hal–belum tuntasnya tanggungjawab internal sang kandidat itu dengan perusahaan lamanya,maka saya kasih pilihan bernada tegas: jika masih berharap negosiasi diperusahaan lama Anda,maka saya akan tetap mencari orang lain yang lebih siap?

Ia masih saja keuh-keuh dengan keraguannya.Saya sudah mendapatkan kandidat yang lebih siap.Berpengalaman di semua merek.Dan latar belakangnya sama denganku.Cuman beda gender: dia wanita.Saya laki.Dia banyak tahu onderdil.Saya lumayan tahu onderdil.Dia alumni bengkel bodyrepair.Saya alumni diller.Dia meloncat dari bodyrepair ke bodyrepair.Saya melompat dari diller ke bodyrepair.Ya,begitulah…!

Moga-moga pertengahan bulan ini,Januari ini,dia segera bergabung.Sudah di-interpiu oleh kedua bos dan segera akan  menggantikanku.Saya pun sudah menyiapkan segala persiapan amunisiku untuk mengeksekusi bisnisku.Sudah siap mendayung lebih kencang pabilah ada badai  sewaktu-waktu ditengah pelayaranku dalam berbisnis. Dan juga  tentu sudah sangat siap-sedia ingin menghirup aroma sejuk keberhasilan itu.Intinya: saya siap gagal pada saat yang bersamaan juga  sudah siap meraih keberhasilannya.Minikmati hasilnya.Siap merasakan pahitnya.Tak hanya manisnya.

Dalam bisnis: kegagalan adalah pembelajaran untuk selalu ber-inovasi menggali dan terus menggali serta mencari potensi  lahan yang lebih subur.

Sebagaimana seorang calon Profesor yang sudah berkali-kali mengujicoba observasi risetnya–baru kemudian  mendapatkan hasilnya yang mantap.Dan bisa di pertanggungjawabkan secara akademis dan ilmupengetahuan.Itu harus.Dan tidak boleh tidak.Sudah mutlak.[*]

 

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑