cerita kotor

Oktober, 2003

saat pertama saya menjatuhkan kaki di kalimantan, di balikpapan, di dermaga-nya, saya tidak punya apa-apa; tidak punya uang; tidak punya hape; tidak punya siapa-siapa; tidak punya segalanya. tapi saya punya ijazah. ijasah SMA. itulah pendidikan terakhir saya. itulah ilmu tertinggi saya. itulah saya. saat itu…

dengan ijasah SMA itu, saya lalu memohon pekerjaan, di beberapa perusahaan. diterima di perusahaan reparasi mesin-mesin. saya melamar security, diterimanya di office boy. tidak apa-apa. saya heppi bukan main. “inilah profesi paling membanggakan dalam hidup saya diusia lagi remaja baru tamat SMA _ pikir saya ketika itu”. namanya juga lagi polos. belum mengerti apa-apa…

saya diberi jatah seragam dan sepatu safety. saya suka pamer seragam itu. bepergian kemanapun; saya mengenakannya. termasuk saat naik pesawat untuk pertama kalinya dalam hidup saya; ketika pulang ke kampung halaman.

2004, paskah gempa dan tsunami aceh

saya beroleh tawaran pekerjaan dari HRD[personalia] lama di kantor saya untuk bergabung dengannya di pedalaman kalimantan timur, tepatnya di ds. segihan, separi, kabupaten kutai kartanegara (mungkin sekira 300km dari kota samarinda). disana saya lantas bekerja didalam hutan. tinggal di mess. tidak ada jaringan. pun kalau mau mendapatnya naik ke puncak pohon. disanalah asal mula saya mulai mengenal sedikit demi sedikit aturan bekerja di pertambangan emas hitam.

inilah tambang batubara yang investor nya dipunyai oleh kewarganegaraan korea. dari operasional managernya sampai ke superintendent nya adalah orang korea. disipilin nya luar biasa orang korea ini.. tak lebih kurang dari orang jepang. datang telat 5 menit lebih baik pulang. besok baru masuk lagi. jika telat lagi, maka hari berikutnya baru dibolehkan masuk. seterusnya begitu. harus disipilin.

makan tidak boleh menyisahkan atau menjatuhkan barang sebiji pun nasi? sanksinya akan di kenakan surat peringatan ke dua(SP-2). bagi saya inilah prodi yang tidak ada dibangkuk sekolah.

meski pekerjaan saya masuk hutan keluar hutan alias—hanya sebagai tukang rintis rerumputan dan ilalang juga penerabas pepohonan (atau helper surveyor_ membantu operator total station), saya cukup menikmati pekerjaan itu; karena upahnya cukup menggairahkan (saya bisa mengantongi 1.6 hingga 1.8 jt rupiah/bulan _ jika hujannya dalam sepekan hanya 2 atau 3 kali).

2006

seringkali didemo oleh penduduk lokal(masyarakat Kutai & Dayak), karena alasan perusahaan mempekerjakan pegawai non-skil. dan tidak memprioritaskan putra daerah disekitar area pertambangan; alih-alih saya dan kawan-kawan “bubuhan urang Banjar” dari kandangan, Kalimantan Selatan di berhentikan secara masal sekira 30-an orang; salah satunya saya yang dari balikpapan.

lekas dari pekerjaan itu saya sudah punya simpenan. saya hitung-hitung lumayan bisa membeli tunai satu unit honda vario. tapi saya tidak ingin punya motor dulu….saya ingin bagaimana uang tersebut beranak. maka saya jualan. jualannya di paser sepinggan (sebelumnya paser buton).

di paser sepinggan saya mulai berjualan. berjualan rempahan dapur. semisal bawang-bawangan. dan sayur-mayuran. termasuk tahu-tempe-nya….

saya belanjanya dipaser induk, di pandensari, kebon sayur, kota minyak: balikpapan. saya pergi belanja nya mencarter _ memborong angkot; subuh-subuh. saat orang-orang belum lagi siuman dari nyenyaknya. saat bedug subuh belum lagi bersahut-sahutan di surau-surau. jalan tentu sepi… sebagaimana penduduk kota sedang masygul dengan mimpi-mimpinya. saya juga bermimpi menjadi seorang pedagang sukses. mimpinya diatas angkutan. tahu-tahu: “bangun-bangun, Mas! kita nyampe, Mas!,” pekik pak Sopir angkutan itu dengan kagetku…..

layaknya kaum pedagang, tidak selamanya melaba, pasti ada tekor nya, maka saya merugi. merugi karena tetangga berdampingan di kontrakan saya itu. sebenarnya dia tidak salah? saya yang salah? gampangan percaya!

gairah untuk sukses itu nyatanya kandas di tengah gunung; saya pun gulung tikar. modal saya habis. belum dikembalikan. tapi saya masih punya aset; sebuah gerobak kayu. berbahan kayu meranti. gerobak itu cukup menguras pundi-pundi ku hampir 2.5 jt jumlahnya. selain daripada itu saya masih punya aset timbangan. itulah tanda mata yang bertahan dari hasil nyangkul setahun lamanya dibatubara.

2007, paskah adam air jatuh

montang-manting kesana-kemari. cari kerja? ya, malah tak kunjung juga bekerja. meski beberapa perusahaan telah ku-titipkan sejumlah permohonanku.

maka saya pun tetap berkarib dengan pengangguran. pengagguran tentu butuh makan. untuk bisa makan, saya menumpang lah di sekawanan tempo SMP dulu… dirumah kawan saya yang baik itu, bersama adiknya, kami hidup bertiga seatap-serumah. kenyang bersama. lapar bersama. ketawa bersama. ke langgar bersama. diparuh bulan; kawan saya belum juga upahan; maka kami masuk di kebon-kebon. entah siapa tuan-nya? kami tak tahu-menahu? kami petiklah setandan pisang hampir tua itu. dan beberapa dedaunan ketela_singkong. lantas kami rebus. kami menyantap pakai sambel dengan lahapnya.

hari berlalu silih berganti sore menjadi pagi dan pagi menjadi sore, sekonyong-konyong saya malah dirundung gundah-gulana. galau gemalau. kegelisahan begitu menggebu-gebu. ketidaksabaran yang mendayu-dayu…..dimana pikiran selalu tak ditempat nya. maka tercetuslah keinginan MAGANG. saya orang nya gampang tidak enakkan. gampangan jenuh pada keadaan dimana tidak menghasilkan apa-apa… ? tidak sabaran; ingin segera menjadi pagi dan memasuki hari baru. pagi yang cerah untuk memulai sebuah rutinitas menjanjikan. saya lantas mengutarakan ingin magang itu. kerja praktikum diperusahaan dengan mengajak adik kawanku yang juga masih pengangguran tulen itu.

keinginan magang ini sebenarnya dilatari sehelai “wearpack _ seragam dari bahan khusus yang biasanya dikenakan oleh kebanyakan para pekerja lapangan/montir”. wearpack itu kepunyaan adik kawan saya yang jebolan dari sekolah menengah kejuruan di Bau-bau. dengan konsep magang, maka tidak ada sekat dinding penghalang untuk menembusi pagar tinggi dan seramnya petugas satpam yang berjaga disetiap pos keamanan perusahaan, “renung saya menyeringai diantara lamunanku di bawah nyiur melambai-lambai senja itu dipekarangan rumah.

saya bersama adik kawanku—lalu menyebar dan membawa diri ke arah perusahaan-perusahaan yang bergeraknya di industri otomotif. yang kami sasari adalah beberapa diller. sebab tulisan yang bersemayam dibelakang wearpack itu: STM Negeri 1 Bau-bau Teknik Automotif (setingkat SMK atau SMA sederajat). maka prinsip yang kami gunakan: menempatkan sesuatu pada porsinya. sesui kebutuhannya. searah bidang dan jurusannya. kami lalu bermotor. berboncengan. melaju dengan penuh riang kegembiraan. layaknya seorang remaja ingin bertemu sang idola. dan idola kami saat itu adalah ingin bekerja.

tibalah di sebuah diller Mitshubishi, di distrik perkotaan yang masih tergolong mudah di kota itu. ia lah kawasan balikpapan baru. agar bisa mengelabui pihak satpam, kami pakai cara menyamar begini:

“kami mau magang, pak!”

“…dari sekolah mana?” tanya satpam.

“penajam, ya!” sambung pak satpam dengan ramahnya(belum sempat kami menyahut)

jurus itu ternyata manjur alias mulus. bahkan kami dituntun sampai ke ruang ‘manager service’.

di diller Mitshubishi; manager nya sedang repot dengan berbagai aktivitasnya di ‘workshop’. kami hanya bertemu ‘dcrc _ dealership customer relations center’, seorang staf yang (biasa wanita)menjadi pusat informasi hubungan antara diller dengan pelanggan. percakapan dibuka:

“sementara penuh, mas! nanti kami hubungi jika mau penambahan, ya! “ujar si dara jelita di diller PT.Mandau Berlian Sejati. PT.Mandau adalah salah satu cabang yang ditujuk PT.Krama Yudha Tiga Berlian Motors ( atau KTB) _ merupakan distributor resmi kendaraan Mitsubishi di Indonesia dari PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia[MMKSI]. penjualan di daerah untuk regional Kalimantan timur? ya, melalui PT. Mandau ini….

niatan untuk menimba ilmu di diller Mitshubishi, akhirnya kandas. kami tidak patah arang. disebrangnya ada diller lain. diller apa itu? ya, diller FORD! strategi masuknya sama; menyamar menjadi anak magang. atas keramahtamahan staf dcrc dan servis manager nya; kami diterima. dan diizinkan masuk dihari berikutnya[besoknya]. meski telah ditegaskan diawal, bahwa pihak bengkel tidak akan memberikan tips atau bonus. hal ini bukan semata yang kami cari. kami butuh serapan keterampilannya. dan itu lebih penting bagi kami di tempo itu.

malamnya saya tidur lebih awal, agar bangun diawal pagi. usai subuh-an saya bangunkan kawan saya itu, tapi ia rupanya ragu dan terus melanjutkan mimpi nya. saya rasa ia punya alasan sendiri untuk itu. saya bertekad ingin tetap magang. saya jalan sendiri membela perbukitan dan area perkebunan. halimun tampak bergelayut didedaunan ilalang menyilangi jalan setapak kecil selebar bahu. saya terus mengayuh kaki dengan gontai. dinginnya embun pagi tak menyurutkan sedikit pun tekad saya untuk sampai ke diller. yang jarak tempuh nya barangkali 10 km.

sepekan 6 kali saya berjalan kaki. membela perbukitan dan kebon-kebon warga. anak magang memang tidak di upah. sebab ia belajar pratikum. belajar turun lapangan. tepatnya di bengkel. di diller ford. karena tidak di upah, saya makanya roti. roti yang kulitnya saja. yang harganya ketika itu masih seribu perak perbungkus. terdapat dipasar-pasar tradisional. belakangan saya mengetahui kulit-kulit roti yang keras itu adalah sisa hasil olahan industri roti tawar. dipasarkan kembali sebagai wujud KURANG ELOK RASANYA MUBAZIR. atau kalau pemaknaan sederhananya; berlebih-lebihan itu tidak baik. maka kulit-kulit roti tersebut berakhir di toko-toko kelontong dan pedagang sayuran. saya berlangganan roti tersebut. selain murah, membikin cepat kenyang.

demi..waktu, hari berganti pekan, pekan berganti bulan, sebagaimana anak magang lainnya utusan atas nama sekolah-sekolah, entah mengapa, bagai hantaman godam mengisi kekosongan pikirinku: magang tentu saja punya orientasi selain atas nama proses pembelajaran? pembelajaran harus punya jangka waktu dan memiliki target pencapaian? target saya sejauh mana dan setelah magang mau kemana? demikian pemikiran yang berkelebat di langit-langit pikiran saya….

sebulan-dua bulan- tiga bulan saya magang tidak diupah? dan tidak berharap upah. sekian bulan itu pula saya terus memakan kulit roti. kalau waktunya istrahat tiba, di “locker room” atau dikenal menjadi ruang istrahat bagi montir; kami semua masing-masing mengeluarkan perbekalan dari locker: untuk saatnya menyantap siang. tampak yang samar dipandangan mataku; ada yang melahap nasi-ikan-sayur-dan sambel. ada yang menyantep nasi bungkus di campur-campur . ada yang mengeluarkan rantang perbekalannya berisi nasi dengan telur ceplok. saya juga mulai mengelurkan perbekalan makan siangku dari dalam locker: kulit roti. itu saja. makan kulit roti juga tak kalah nikmatnya. meski terasa keras, saya memberi jedah dengan meneguk air apabila terasa cekak. karena terus memakan roti, hingga suatu ketika, teman-teman akhirnya memanggilku dengan sebutan: ROTI.

tiga bulan saya magang, saya betul-betul gigih. serius. tidak main-main. mau kerja keras. telaten. datang lebih awal. saya mulailah bersih-bersih tanpa diminta. saya ingin ada perbedaan cara pandang orang lain terhadap saya. saya ingin siswa magang lainnya dengan saya berbeda…

maka saya bekerja diluar batas-batas tugas kewajaran seorang montir, misalnya menyapu di area ‘showroom’, membersihkan sarang ‘spiderman’ dilangit-langit ‘workshop’, menyapu dilantai nya, termasuk dikolong-kolong parkiran kendaraan menginap.

sepekan. dua pekan. tiga pekan saya rutin melakukan itu, area bengkel dan pekarangan diller terlihat lebih rapih. disaat-saat tertentu sedang bersih-bersih—ada yang menitipkan ‘tips’, katanya, buat sewa angkot, mas. meski saya berusaha menolaknya. saya terus dipaksai lekas menerima itu; akhirnya saya terima. bahkan diwaktu jam pulang, kerap kali saya juga ditawari menumpang untuk di anter kerumah. saya berusaha menolaknya secara baik, “gak apa-apa sekalian jalan,” bujuknya. saya pun manggut. dan ikut menebeng pulang.

kebiasaan bangun pagi ini terus saya lakukan. dan berusaha bagaimana tidak membebani kawan lama saya itu untuk terus menumpang, meski saya tahu betul….betapa tulus dan baiknya mereka. saya orangnya sangat tidak enakkan. kadang-kadang betapa semangatnya saya pergi magang, hingga tak tarasa lelahnya berjalan kaki menaiki dan menuruni perbukitan yang membela antara kawasan ringroad [atau jl.ruhui-rahayu] dengan jl.marsama R Iswahyudi itu[atau area bandara]. saya memangkas rute tersebut untuk sampai ke Balikpapan baru. tapi saya menikmati melewatinya. menuruni ngarai dibawah rindang perkebunan yang sunyi-gemunyi, ditemani burung-burung tekukur bernyanyi…. sungguh saya melakukannya dengan bersemangat.

jika saatnya saya harus mengikuti tim storing melakukan kerja lapangan di area pertambangan nun jauh di hutan, saya girangnya bukan main. selain menikmati melakukan bepergian jauhnya. saya dapat pula tambahan pengetahuan barunya. termasuk makan gratis nya. dan ‘menu’/pilihan makanan nya yang bervariasi.

turutserta saya di tim storing tambang, tiba-tiba saya berdengar berita, bahwa saya akan diangkat menjadi petugas ‘cleaning service’ dikantor(diller) saja. saya merasakan ada harapan disana. benar kah itu? betapa saya akan sangat bahagianya? entahlah? saya tunggu nanti….

saya sudah tidak sabaran ingin segera kembali ke kota. dan memastikan perihal berita itu. masuk ke bengkel seperti sedia kala. setiba di rumah—saya sudah tidak sabar menanti bangun diawal pagi dan memulai aktivitas bersih-bersihnya. jauh sebelum itu memang saya sudah bersih-bersih dibeberapa titik tertentu di area bengkel dan pelataran diller. sesampai di diller, pak satpam masih akrab dengan tidur pulasnya, tapi ia tahu betul jika saya lah yang membuka pagar. saya mulai menyapu seluas-luasnya dan se-bersih-bersih-nya. saya ingin suasana menjadi bersih dahulu…sebelum karyawan-karyawan dan staf-staf kantornya datang. perilaku yang tidak biasanya dilakukan kebanyakan anak magang lain ini, ternyata mengundang keseriusan pihak ‘office’ agar menggantikan posisi ‘cleaning service’ yang lama. yang kerjanya suka-suka. yang masuknya juga semaunya.

rencana untuk menggantikannya pupus tatkala yang bersangkutan ternyata masuk kembali. tapi hal itu tidak lantas menurunkan semangat saya. saya tetap yang dulu. bahkan melakukannya lebih dari itu.

buah ketulusan itu ternyata tidak berlangsung lama? salah seorang di departemen aftersales, yakni di bagian sparepartnya: resigned(mengundurkan diri). kendatipun yang telah lewat saya rutin bersih-bersih, saya juga acapkali membantu bagian gudang ‘sparepart’ untuk mengangkat- ngangkat. sehingga barangkali ‘opsi’ dari rekan-rekan yang selalu berbaik dan bermurah hati kepada saya itu; menyodorkan nama saya untuk membantu di gudang. entah ada kemujuran apa? saya merasakan aura kegembiraan ini menyelimuti diriku; harapanku? mimpi-mimpi ku? dan semuanya bercampur dalam riang kebahagiaan yang tak terkira…

paskah saya menjadi bagian di departemen spareparts. tidak lantas saya mulus dapat menerima upah disetiap penutup bulannya? atas kebaikan dan urungan teman-teman se-departemen itulah saya bisa upahan. atas solidaritas mereka jualah saya ditawari untuk tinggal di mess diller. maka saya mulai tinggal di mess. dua bulan berikutnya baru secara resmi saya menerima upah dari kantor. hal tersebut didasarkan sebab posisi HRD & kantor pusat ada di belahan Kalimantan lain. persetujuan tentu saja mengikuti prosedural pihak manajemen pusat. dan waktunya tidak singkat.

sejak itu saya bekerja dengan passion yang menggila. angkat mengangkat colly-an[kardus berisi] onderdil adalah rutinitas pokok seorang pegawai gudang. selain angkat- mengangkat, saya dapat pula membuka dan mempelajari ‘catalog’. mengetahui sedikit-demi sedikit posisi/letak item potongan onderdil di unit kendaraan saat terpasang. mengetahui apa saja fungsi dan peran-perannya. melayani dengan tepat setiap ‘request’ montir. menata dengan efisien lokasi item-item stock dirak-rak gudang, agar pada saat dibutuhkan tidak membutuhkan waktu lama untuk dicari. serta lebih penting mengawasi/menjaga keluar-masuk semua item onderdil. diselah-selah waktu kosong saya dapat pula ikut men-delivery onderdil kebeberapa fleet/toko-toko yang sudah ada kontrak kerjasama. sekali-kali bahkan saya dimintai menyetir, saya pun berani lakukan itu. dan akhirnya bisa. lancar. sampailah saya mengurus SIM A. hingga bebas berkendara sendiri. termasuk proses men-delivery. sendiri pula.

2008

saya nyambi kuliah di kampus swasta. kuliah sore selepas bekerja . mahasiswa-mahasiswi membawa kendaraan roda dua maupun roda empat. saya juga menunggangi roda empat. hal ini saya bebas melakukannya karena sehabis men-delivery barang. dan atas bantuan dan pengetahuan owner di perusahaan, hingga saya pun dapat kuliah. bahkan dibantu secara tunai keringanan uang gedungnya. meski bekas ambulans, saya dengan pede-nya menugganginya ke kampus. auman knalpotnya serupa mobil ‘racing’, padahal sebenarnya knalpot nya keropos sehingga bunyinya menderum laksana oto berkelas. terkadang saya merasa mengganggu aktivitas tatap muka diruang-diruang kelas antara dosen dengan mahasiswa. tapi mereka pun ‘easy going’ rupanya, tak ingin ambil pusing. dijuluki lah saya di kampus sebagai sopir angkot. karena sebelum kendaraan tersebut menjadi ambulans, ternyata pernah menjadi angkutan kota. tapi itu katanya…..karena struktur body kendaraan tersebut didesain menyerupai angkot. barangkali itulah alasan rasional nya sehingga disebut angkot.

kendaraan tersebut sebenarnya didatangkan dari kantor pusat. diperuntukkan untuk manager di departemen saya(spareparts), tapi disentuhnya pun tidak, maka saya fungsikan. untuk melakukan delivery keluar kota, misalnya di area Samarinda, dan Muara Badak, saya pakai Ford ranger yang dobel cabin model box itu. tidak lama kemudian akhirnya mobil box tersebut menjadi milik paten departemen sparepart (yang sebelumnya kepunyaan servis), maka untuk pergi ke kampus dan berbagai keperluan pribadi saya misalnya ke pasar dan liburan diluar hari kerja, saya tetap menggunakan mobil box tersebut. bahkan, setelah tidak lagi saya tinggal di mess diller. saya masih tetap menggunakan kendaraan box itu.

2009

setahun berlalu dibagian gudang, saya lalu dipromosi untuk mengisi kekosongan di part counter. saya bingung nya ampun-ampun, sebab belum begitu cekatan membaca dan membuka catalog manual book maupun e-catalog? terlebih memahami Microsoft office?

berjalannya waktu atas bimbingan para senior di departemen sparepart tersebut, saya pun mulai bisa. walau baru bisa melayani untuk satu orang pelanggan membutuhkan waktu 30 menit. tak pelak antrean akhirnya menjadi mengular menuggu untuk dilayani. proses kebiasaan setahun berikutnya masih diposisi yang sama akhirnya terbiasa. dan menjadi bisa.

Agustus, 2010

tiba-tiba saya ditunjuk menjadi part sales. kerjanya melakukan pemasaran onderdil. melakukan pendekatan dengan banyak customers. diposisi ini saya kian dihujani banyak bonus dan salary yang menggiurkan untuk seorang bujangan tulen. allhamdulillah saya bisa melakukan berbagai hal yang menjadi cita-cita saya saat itu.

TAMAT

Tinggalkan komentar

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑